JAKARTA – Sebagai upaya menurunkan harga tiket pesawat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengundang maskapai-maskapai baru untuk membuka rute domestik sehingga konsumen nantinya bisa memiliki lebih banyak pilihan. Maskapai juga semakin efisien, sehingga berdampak terhadap harga tiket pesawat yang semakin terjangkau.
“Kita akan perbanyak kompetisi ini, sehingga mereka (maskapai) akan semakin efisien,” ujar Jokowi belum lama ini.
Terkait mengundang maskapai asing, Jokowi menyebut bahwa perizinan di Indonesia memungkinan untuk itu. Maskapai asing bisa mendirikan perusahaan (Perseroan Terbatas) dan membuka rute-rute domestik. Saat ini, maskapai asing yang telah membuka rute penerbangan domestik adalah Indonesia AirAsia. Di mana 49,25 persen sahamnya dimiliki oleh AirAsia Investment Ltd.
“Lho kita kan juga terbuka. Yang penting kompetisilah. Saya kira di dalam negeri sendiri kalau ada kompetisi kan bagus,” katanya.
Dirinya juga tak menampik bahwa tingginya harga tiket pesawat telah berdampak pada perekonomian daerah, khususnya daerah tujuan wisata seperti Bali, Yogyakarta, Bangka Belitung, hingga Lombok. Angka kunjungan wisatawan domestik anjlok sejak awal tahun.
“Saya mendapatkan keluhan di Bali mengeluh, di Bangka Belitung sampaikan hal yang sama,” ujarnya.
Jokowi mengaku, bahwa pemerintah juga telah berupaya menurunkan harga tiket pesawat. Langkah yang telah ditempuh seperti menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) dan menaikkan Tarif Batas Bawah (TBB). Kemudian, harga avtur juga telah diturunkan karena dinilai berkontribusi hampir 40 persen terhadap total biaya yang ditanggung maskapai penerbangan
Meski demikian, Jokowi mengakui harga tiket pesawat masih belum kembali ke titik normal. Harga tiket pesawat masih stabil tinggi sejak libur Natal 2018. Selain itu, ia juga telah memerintahkan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan evaluasi TBA dan TBB secara berkala agar harga tiket pesawat bisa turun. “Saya sudah sampaikan ke Menhub, dievaluasi terus,” tambahnya.
Di sisi lain, industri penerbangan tanah air saat ini dikuasai oleh 2 pemain besar, yakni Lion Air Group (Lion Air, Batik Air dan Wings Air) dan Garuda Indonesia Group (Garuda Indonesia, Citilink, Sriwijaya Air, dan Nam Air). Terbatasnya pemain di industri berdampak pada penentuan harga tiket pesawat yang kurang kompetitif. “Mungkin kompetisinya kurang banyak,” tukasnya. (Kmprn/red)