JAKARTA – Berdasarkan studi terbaru, seorang anak bisa terpapar asap rokok sejak masih dalam kandungan. Hal ini akan berdampak negatif untuk perkembangannya hingga dapat meningkatkan risiko penyakit asma.
Dalam laporan di Frontiers in Genetics 2019, peneliti senior Dr Kuender Yang dari National Defense Medical Center, Taiwan, melihat data dari 756 bayi selama enam tahun. Peneliti membandingkan prevalensi asma pada anak yang ayahnya merokokselama periode kehamilan.
Secara umum 31 persen anak dengan ayah perokok dilaporkan peneliti terkena asma menginjak usia 6 tahun. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan anak dengan ayah bukan perokok yang angkanya mencapai 23 persen.
Peneliti menyebut semakin berat sang ayah merokok maka prevalensi asma pada anak akan semakin tinggi. Pada kelompok ayah yang merokok berat angka kejadian asma pada anak bisa mencapai 35 persen.
“Anak-anak yang terpapar asap tembakau dari ayah mengonsumsi lebih dari 20 batang rokok per hari memiliki risiko signifikan terkena asma dibandingkan mereka yang terpapar asap kurang dari 20 batang per hari, atau tidak sama sekali,” tulis Dr Kuender seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (18/6/2019).
Peneliti juga melakukan pemeriksaan deoxyribonucleic acid (DNA) dari darah tali pusar anak sesaat setelah lahir. Hasilnya ditemukan lebih banyak perubahan zat bernama methylation pada anak dengan ayah perokok.
Methylation sendiri adalah senyawa kimia yang berperan dalam beberapa informasi genetik bertanggung jawab terhadap fungsi sistem imun.
Peneliti Dr Avni Joshi dari Mayo Clinic Children’s Center berkomentar bahwa studi ini menyampaikan pesan yang jelas.
“Merokok itu buruk dilakukan kapan saja: sebelum bayi lahir dan juga sesudahnya,” pungkas Dr Avni. (As/red)
Sumber: detik.com