SERANG – Pemerintah Kota Serang melalui DP3AKB Kota Serang, meresmikan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga). Peresmian tersebut dilakukan di gedung TP PKK Kota Serang, Selasa (2/7).
Dengan terbentuknya Puspaga ini, diharapkan mampu meminimalisir adanya kasus kekerasan, baik terhadap perempuan maupun anak.
“Yang jelas Pemkot Serang sangat mengapresiasi dan mendukung adanya launching Puspaga. Diharapkan, dengan kehadiran Puspaga ini, setidaknya dapat meminimalisir kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujar Wakil Walikota Serang, Subadri, saat ditemui usai acara.
Selain itu, Subadri juga mengatakan bahwa selain dapat meminimalisir kasus kekerasan, Puspaga juga diharapkan mampu menjadi layanan konsultasi, bagi mereka yang menjadi korban kekerasan.
“Selain meminimalisir, Puspaga ini juga harus menjadi pihak yang siap menerima konsultasi dari para korban. Sehingga, trauma yang dimiliki oleh mereka, dapat lebih berkurang,” terangnya.
Jika dilihat dari visi kota Serang, lanjut Subadri, maka kehadiran Puspaga ini menjadi hal yang sangat vital. Karena, untuk mewujudkan Kota Serang yang Berdaya dan Berbudaya, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, harus hilang.
“Yang namanya Berdaya, berarti tidak boleh lagi ada kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan. Karena kalah masih ada, itu namanya masih belum berdaya,” tegasnya.
Ketua Puspaga Kota Serang, Leni Nuraeni, menuturkan bahwa Puspaga memiliki tugas yang berbeda dengan P2TP2A. Karena menurutnya, Puspaga lebih mengedepankan tindakan preventif, untuk mencegah terjadinya kekerasan.
“Puspaga itu mencegah terjadinya kekerasan, pelecehan, kawin muda. Dan kami juga membuka layanan bimbingan konseling. Misalkan, kenapa anak ini nakal, bisa ke kami. Karena kami ada tim psikolog,” terangnya.
Ia menuturkan, berdasarkan data yang dimiliki oleh DP3AKB, dalam kurun waktu 2018 lalu, terdapat 48 kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan. Baik itu pelecehan, kekerasan fisik, maupun pembuangan terhadap anak.
“Sedangkan pada 2019 ini, dalam kurun waktu 6 bulan, ada 11 kasus kekerasan. Sebanyak 10 kasus itu pelecehan seksual. Satu kasusnya lagi, penganiayaan bayi,” tuturnya.
Untuk itu, ia mengaku bahwa pola kerja Puspaga nanti, akan lebih berfokus pada sosialisasi langsung kepada masyarakat. Dengan demikian, kasus-kasus tersebut dapat semakin terminimalisir.
“Nah dengan adanya Puspaga ini, kami berupaya meminimalisir adanya hal seperti itu. Nanti kami programnya akan lebih banyak turun ke lapangan, melakukan sosialisasi,” tegasnya.
Sementara itu, ketua P2TP2A Kota Serang, Ade Jumaiyah Syafrudin, mengatakan bahwa Puspaga dalam melakukan programnya, terintegrasi dengan P2TP2A, dan juga PKK. Karena, lanjutnya, sasarannya sama yaitu keluarga.
“Dalam melaksanakan programnya memang terintegrasi. Mengantisipasi adanya kekerasan terhadap perempuan, dan terhadap anak juga. Bagaimana menyadarkan anak ketika nakal, dan sebagainya,” ujarnya yang juga merupakan ketua TP PKK Kota Serang.
Ia pun mengaku, untuk merealisasikan cita-cita keluarga terlindungi, maka dibutuhkan sinergisitas yang baik antar lenbaga.
“Semua bersinergi, membantu Puspaga, untuk meminimalisir kekerasan terhadap anak dan perempuan, dan terciptanya keluarga yang terlindungi,” pungkasnya. (red)