Lebak, – Program Supply Chain Financing (SCF) yang bisa dimanfaatkan oleh fasilitas kesehatan (faskes) untuk pembiayaan pelayanan kesehatan disambut baik oleh Rumah Sakit (RS) Kartini Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Program tersebut dinilai dapat membantu keuangan Rumah Sakit sehingga pelayanan terhadap pasien dapat lebih optimal.
Manager Keuangan RS Kartini Rangkasbitung Paulus Maryono, menyampaikan bahwa dengan adanya dengan trobosan program SCF ini pihaknya kerapkali mengalami kendala finansial baik untuk kebutuhan gaji karyawan, gaji dokter, hingga persediaan obat. Namun, setelah mengikuti program SCF pihaknya sangat terbantu sehingga arus finansial di RS Kartini semakin membaik.
“Jadi sebelum kita kerjasama dengan bank Mitra BPJS Kesehatan itu cukup terkendala, keuangan kita tertatih-tatih sampai dengan gaji karyawan terlambat dan gaji dokter tertunda tunda, pembayaran obat juga tertunda,” ujarnya saat ditemui diruangannya, Jumat (12/07/19).
“Dengan perkembangan BPJS mencari terobosan, dengan menunjuk beberapa bank yang ditunjuk sebagai mitra, maka kita jemput bola menanggapi program tersebut kita mengajukan kerjasama,” sambungnya.
Paulus mengatakatan, saat ini pihaknya bekerjasama dengan Bank BRI sebagai mitra dalam program SCF tersebut. Dalam prosedurnya, ia menjelaskan yang pertama pihak Rumah Sakit mengajukan tagihan klaim dan BPJS Kesehatan akan melakukan verifikasi untuk memberikan persetujuan pembayaran. Setelah BPJS Kesehatan menerima tagihan dan memberikan persetujuan atas tagihan tersebut, pihak perbankan dalam hal ini Bank yang telah bermitra dengan BPJS Kesehatan dapat mencairkan pinjaman kepada faskes yang telah memenuhi syarat pengajuan klaim.
Ia mengaku, informasi program SCF ini diketahui langsung dari BPJS Kesehatan. Sebelum menggunakan SCF, ia juga mengaku RS Kartini sering sekali mengalami kekosongan obat lantaran memang dana untuk pembelian obat tidak ada. Namun setelah mengikuti program SCF sejak Desember 2018 lalu, berbagai kendala finansial dapat teratasi.
“Jika seluruh persyaratan dipenuhi dengan lengkap maka proses pencairan dana tersebut juga tentunya akan cepat. Diawal pengajuan yang kita ajukan yaitu Rp5 miliar, kemudian kita melakukan penambahan Rp5 miliar lagi,” katanya.
Di tempat yang sama, Manager Administrasi RS Kartini Rangkasbitung, Edyarto menyampaikan, bahwa saat ini pasien di RS Kartini hampir 95 persen merupakan pasien dari Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Dirinya juga mengaku, bahwa sebelum menggunakan program SCF ini banyak kendala keuangan yang dialami baik dari keterlambatan gaji karyawan dan gaji dokter, hingga ketersediaan obat yang seringkali kosong. Namun, setelah menggunakan program SCF tersebut secara signifikan sangat membantu keuangan rumah sakit.
“Artinya dengan adanya SCF ini sangat membantu sekali, dulu sebelum ada SCF ini ya kita mesti nombok sekitar Rp400 juta perbulan tergantung dari pelayanan di bulan tersebut,” katanya.
Sementara itu, SPU Pelayanan Medis, dr. Thomas menyampaikan, bahwa di RS Kartini tidak ada perbedaan pelayanan yang berikan kepada pasien umum maupun pasien JKN. Selain itu, guna memastikan pelayanan berjalan dengan baik dirinya selalu melakukan koordinasi dengan dokter spesialis dan pihak farmasi.
“Untuk pelayanan tidak ada kendala, dan semampu kita berikan yang terbaik. Tidak membeda-bedakan, dan tidak pernah menolak pasien di kita nggak ada. Sehingga semua diperlakukan sama,” tuturnya.
Sementara itu, Siti Hujaemah (21) warga Kampung Sebe, Ranca Sumur, Kecamatan Kopo mengaku sangat terbantu dengan adanya kartu JKN-KIS. Ia bisa melakukan operasi tumor tiroid tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Selain itu ia mengaku, pelayanan yang ia dapatkan sangat baik dan memuaskan.
“Alhamdulillah, BPJS Kesehatan sangat membantu saya yang melakukan operasi tumor tiroid. Pelayanan yang saya dapatkan juga baik dan memuaskan. Semoga kedepan BPJS Kesehatan bisa lebih baik lagi,” harapnya. (Advertorial)