PANDEGLANG – Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang menggelar pertemuan pengelolaan komitmen dengan dunia usaha dan ormas dalam rangka penanggulangan dan pencegahan stunting, yang dilaksanakan di Hotel S’Rizky, Selasa (13/08/19).
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang Rd. Dewi Setiani, Mengatakan bahwa pertemuan galang komitmen dengan duni usaha dan organisasi masyarakat (Ormas) ini dilakukan sebagai upaya untuk mempercepat penanggulangan permasalahan stunting di Kabupaten Pandeglang secara berkelanjutan oleh semua sektor.
“Dalam rangka percepatan pengentasan stunting di Kabupaten Pandeglang kita mengajak berbagai sektor untuk turut membangun Kabupaten Pandeglang menjadi Kabupaten sehat dan sejahtera,”kata Dewi.
Dewi menjelaskan, bahwa permasalahan gizi tidak hanya berhubungan dengan kesehatan saja. Namun, lebih luas dari itu, masalah gizi dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti ekonomi, sosial, budaya, pola pengasuhan, pendidikan, juga lingkungan.
“Masalah stunting merupakan ancaman bagi Indonesia, Khususnya di Kabupaten Pandeglang, karena anak stunting tidak hanya terganggu pertumbuhan fisik tapi juga pertumbuhan otak. Efeknya, SDM menjadi tidak produktif yang berdampak pada terganggunya kemajuan negara,” jelasnya.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi gizi stunting pada balita 37,2%. Pada Riskesdas 2018, prevalensi gizi menurun menjadi 30,8 ini merupakan angka nasional. Angka Stunting di Kabupaten Pandeglang saat ini, menurut data hasil Riskesdas 2018 yaitu 39,5% sangat jauh dari angka nasional. Mengutip dari data gizi yang ada, stunting di Kabupaten Pandeglang tersebar di 10 Desa yang tersebar di 6 Kecamatan.
Menanggapi rencana aksi percepatan pengentasan stunting, Manajer Tanjung Lesung Widiasmanto mengatakan bahwa pihaknya yang bergerak dalam usaha pariwisata sangat mendukung aksi percepatan pengentasan stunting di Kabupaten Pandeglang. Hal tersebut dapat di buktikana dengan upaya peningkatan pelayanan baik dari segi fasilitas maupun peningkatan pengetahuan SDM.
“Kalo swasta, saya pikir pasti menyesuaikan dengan bidang masing – masing. Kalo kita yang dari pariwisata, Pasti soal pengelolaan, yang tadinya tidak terawat menjadi terawat, yang tadinya tidak terpenuhi standard hijensinya kami penuhi,”katanya.
“Untuk mencapai hijensi di perlukan edukasi para karyawan, sebenarnya kita sudah melakukan itu. Untuk mengetahui bahwa menu ini kadar gizinya bagaimana, dan itu sudah dilakukan dalam tugas sehari – hari,”tambahnya.
Diungkapkan Widi, bentuk dukungan swasta melalui CSR terhadap aksi percepatan pengentasan stunting tersebut tidak hanya berbentuk materi saja. Dengan menginisiasi pelatihan – pelatihan peningkatan SDM pun sudah termasuk kegiatan CSR.
“Sebetulnya CSR itu tidak harus berbentuk materi, pelatihan – pelatihan dan inisiasi itu pun sudah berbentuk CSR,”tandasnya. (Advertorial/Dinkes Pandeglang).