Updatenews.co.id – Bagi sutradara Fajar Nugros, kereta api bukan sekadar sarana transportasi. Kereta, lewat suaranya, juga menjadi peranti yang membuat dia tenang karena merasa dekat dengan rumah.
“Waktu awal pindah ke Jakarta, saya enggak bisa tidur karena enggak mendengar suara kereta,” kata Fajar Nugros di rumahnya di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten, Minggu 4 Agustus lalu. Lelaki 40 tahun, ini dibesarkan di perumahan pegawai PT Kereta Api Indonesia di Pengok, Yogyakarta.
Begitu dia membuka pintu dapur, rel kereta sudah tampak di depan mata. Fajar Nugros dan keluarganya biasa bepergian dengan kereta karena ayahnya pegawai PT KAI. Ia terbiasa melihat sang ayah bermain miniatur kereta di rumah. “Tapi waktu itu saya enggak tertarik ikut main,” ujar sutradara film Yowis Ben ini.
Saat punya rumah sendiri di BSD, Tangerang, Fajar baru berpikir untuk mengikuti hobi bapaknya. Tapi dia tak mau asal-asalan. Fajar ingin miniaturnya sama persis dengan kereta yang dioperasikan di Indonesia. Demikian juga lingkungan di sekelilingnya.
Fajar Nugros kemudian berburu miniatur kereta api dari berbagai negara yang kemudian ia bongkar untuk diambil bagian yang dibutuhkan. Misalnya, mesin diambil dari mainan Eropa dan gandengan kereta serta alat kontrolnya dari Amerika Serikat.
Adapun badan kereta ia pesan dari temannya di Bandung. “Kalau skalanya enggak pas dengan kereta di Indonesia, rasanya ada yang ngganjel,” ucap Fajar.
Koleksi tersebut disimpan di salah satu kamar di rumahnya. Dia biasa memainkan miniatur itu saat sedang bersantai atau membutuhkan ide menulis naskah film. “Sejam main kereta, dengerin suaranya, baru nulis.” (vha/red).
Sumber: Tempo.co