SERANG – Penolakan yang dilakukan masyarakat Padarincang terhadap perusahaan Geothermal kini kian memanas. Pasalnya, akses jalan menuju proyek Geothermal di Gunung Prakasak, Desa Batu Kuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, yang sudah diblokir dan ditutup spanduk oleh masyarakat, kini telah dibongkar diduga oleh pihak perusahaan tanpa adanya sepengetahuan masyarakat. Hal itu membuat masyarakat Padarincang yang tergabung dalam aliansi Syarekat Perjuangan Rakyat (SAPAR) geram terhadap tindakan perusahaan.
Pembongkaran akses masuk ke proyek Geothermal diduga yang dilakukan oleh pihak perusahaan sudah dilakukan dua kali. Atas dasar tersebut, Yadi salah satu masyarakat Padarincang mengatakan, perusahaan tidak punya itikad baik dan tidak menghargai masyarakat.
“Ini sudah kesekian kalinya spanduk penolakan dari masyarakat dibongkar tanpa ada musyawarah atau bahasa sedikitpun. Itu tandanya, pihak perusahaan tidak punya itikad baik dan tidak menghargai masyarakat Padarincang,” ujarnya saat dihubungi melalui pesan WhatsApp Selasa, (20/08/2019)
Yadi mengatakan, pihaknya yang tergabung dalam aliansi Syarekat Perjuangan Rakyat (SAPAR) tidak akan tinggal diam atas tindakan perusahaan.
“Kami masyarakat Padarincang tidak akan tinggal diam terhadap tindakan perusahaan yang tidak menghargai kami,” katanya.
Yadi menegaskan ancaman dari pihak perusahaan tidak membuat masyarakat Padarincang mundur untuk melawan, hingga proyek Geothermal tidak ada lagi di Padarincang.
“Kami tidak takut pada siapapun dan ancaman apapun dari pihak perusahaan. Kami akan terus melawan hingga titik darah penghabisan, dan proyek Geothermal hengkang dari bumi Padarincang,” tegasnya.
Senada dengan Yadi, Doib salah satu Tokoh Masyarakat Padarincang mengatakan, hal itu merupakan bentuk arogansi yang dilakukan oleh pihak perusahaan yang menurutnya sangat nyata. Sehingga, ia menilai perusahaan tersebut bukan untuk kepentingan masyarakat, tetapi untuk kepentingan koorporasi.
“Ini sudah bentuk arogansi perusahaan yang sangat nyata. Perusahaan ini adalah bukan untuk rakyat, kepentingannya, kemajuannya, dan kemakmurannya hanya untuk koorporasi,” katanya.
Doib menilai, hal itu harus menjadi pertimbangan lebih mendalam. Bahwa, menurutnya masyarakat harus lebih kuat untuk menolak proyek Geothermal di Padarincang.
“Ini menjadi pertimbangan yang lebih mendalam lagi. Bahwa, masyarakat harus lebih kuat untuk menolak proyek Geothermal di Gunung Prakasak Padarincang,” tuturnya.
Lanjut Doib, pihak perusahaan sengaja membuat peta politik horizontal, untuk dibenturkan antar sesama warga khususnya di Padarincang.
“Ini adalah peta politik perusahaan dalam membentuk peta politik horizontal. Dimana warga dengan warga, keluarga dengan keluarga, kerabat dengan kerabat, tokoh dengan tokoh dibenturkan. Apakah hal ini yang dinamakan kemaslahatan?,” tandasnya. (Nm/red)