SERANG – Belasan mahasiswa dan santri yang tergabung dalam aliansi Syarekat Perjuangan Rakyat Padarincang (SAPAR) melakukan aksi jalan kaki dari Serang ke Jakarta pada Jumat hingga Senin tanggal 6-9 Sepember 2019.
Aksi itu dilakukan lantaran selama ini penolakan warga terhadap megaproyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Gunung Prakasak Kampung Wangun, Desa Batukuwung, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang tidak juga ditanggapi oleh serius PT Sintesa Banten Geothetmal dan pemerintah.
Disampaikan humas aksi jalan kaki, Vredo Putra Pairus, peserta aksi akan menyampaikan tuntutannya ke Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI dan Istana Negara.
“Presiden dan menteri ESDM harus mendengar gejolak di Padarincang. Jangan sampai disekitar pemerintah pusat ada tembok raksasa sehingga tak sampai ke telinga mereka penolakan ini,” kata Vredo, Sabtu (6/9/19).
Vredo menuturkan, warga Padarincang sudah melakukan penolakan ini sejak akhir 2017. Selain karena merusak lingkungan, ia menyatakan Gunung Prakasak merupakan sumber air bagi kehidupan warga.
Lebih lanjut, Vredo menyampaikan sampai saat ini belum ada mediasi antara pihaknya dengan PT Sintesa Banten Geothermal sejak penolakan terjadi. Ia menduga karena PT Sintesa Banten Geothermal tidak memiliki izin yang lengkap.
“Sebetulnya penolakan ini tidak ada lobi-lobi dan negosiasi. Perusahaan juga jangan memekai tangan orang lain untuk penolakan ini,” ujarnya.
Disisi lain, pihaknya sudah meminta ke Pemprov Banten untuk memfasilitasi warga Padarincang agar berkomunikasi dengan pemerintah pusat.
Namun, hal tersebut tak kunjung dilakukan meski Pemprov sebelumnya sempat melakukan penghentian sementara proyek geothermal.
Terkait hal itu, ia berharap Presiden dan Menteri ESDM RI mencabut izin eksplorasi dan eksploitasi geothermal. (Nm/red)