SERANG – Banten menjadi salah satu daerah penyumbang tertinggi jumlah calon tunggal yang maju dalam kontestasi Pilkada.
Pada Pilkada 2017 kemarin ada 3 daerah dengan calon tunggal yakni Kabupaten Tangerang, Lebak dan Kota Tangerang. Pilkada sebelumnya Kabupaten Serang hampir juga bernasib sama, hingga mendekati penutupan pendaftaran, baru ada calon kedua yang mendaftar ke KPU. Ini merupakan fenomena yang memprihatinkan.
Partai Politik (Parpol) sebagai wadah regenerasi para calon pemimpin disinyalir belum maksimal dalam menyiapkan para calon pemimpin masa depan, sehingga kemudian banyak Parpol yang mengekor ke petahana atau calon yang dianggap kuat baik secara finansial maupun elektabilitas.
“Jumlah perolehan kursi di dewan tidak bisa dijadikan barometer,” kata pengamat politik Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Leo Agustino di Serang pada updatenews, Sabtu (14/9/2019).
Di Kabupaten Serang misalnya, pada Pilkada tahun 2015 lalu, semua partai sebagian besar merapat ke satu pasang calon, Tatu – Panji. Koalisi gemuk itu akhirnya mampu mengantarkan jagoannya menuju kursi A1 dengan mulus.
Hal itu juga bisa saja kembali terjadi di Pilkada 2020 nanti. Meskipun tidak calon tunggal, namun koalisi gemuk itu pasti ada jika hanya ada dua calon.
“Sekarang tinggal bagaimana KPU membuat regulasi yang pas agar tidak terjadi lagi calon tunggal atau koalisi gemuk. Jika hal ini terus terjadi, maka masyarakat yang jelas akan dirugikan,” ujarnya.
Idealnya dalam setiap kontestasi Pilkada itu minimal ada tiga pasangan calon. Sehingga masyarakat bisa leluasa memilih kriteria calon pemimpinnya.
“Ini juga tentu bisa menekan jumlah angka Golput yang masih tinggi,” ujarnya
Politik memang dinamis. Oleh karenanya rumus hitungan matematika saja tidak bisa dijadikan acuan, apalagi acuannya skema perpolitikan nasional. Di daerah yang homogen, dikotomi antara 01 dengan 02 saat Pilpres kemarin mungkin saja masih terjadi. Namun ditataran elit dan masyarakat yang sudah ‘melek’, hal itu sudah tidak berlaku lagi, karena kontestasi Pilpres kemarin sudah selesai di gerbong kereta.
“Bahkan beberapa partai yang ada di 02, sudah mulai memberi sinyal akan bergabung ke 01, termasuk partai Gerindra itu sendiri. Hanya beberapa partai saja kemungkinan yang masih bertahan untuk tetap berada di luar pemerintahan. Jadi sudah sangat cair,” ujarnya.
Selain dari pada itu, Leo menginginkan kontestasi Pilkada di beberapa daerah di Banten ini diikuti oleh para akademisi dan kaum muda yang revolusioner. Sebab, jika berkaca pada beberapa daerah yang dipimpin oleh akademisi dan pemuda yang revolusioner daerahnya mengalami kemajuan yang luar biasa, contoh kecilnya Kabupaten Bantaeng di Sulawesi Selatan dibawah kepemimpinan Nurdin Abdullah. Sementara di Surabaya, dibawah kepemimpinan Risma juga mengalami kemajuan yang luar biasa,
“Apalagi sekarang sudah memasuki era digital 4.0 dan 5.0. Ini menjadi tantangan besar bagi para calon pemimpin. Seorang pemimpin harus menguasai bidang tersebut,” pungkasnya.
(Adi/red)