SERANG – Banyak lalat hijau yang menghinggapi rumah warga di Desa Bojong Menteng, Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang, hal itu dikarenakan adanya kandang ayam milik swasta hingga saat ini dinilai menganggu warga, kendaraan ayam milih swasta itu yang berlalu lalang mengangkut pakan ayam dan lainnya membuat jalan rusak. Bahkan, menurut pengakuan warga penyerapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar sangatlah rendah.
Dari paparan narasumber yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan, dari tahun 2016 pihak perusahaan kandang ayam milik swasta itu secara tidak tertulis berjanji akan membangun sarana jalan masyarakat yang dilalui oleh kendaraan tersebut perusahaan. Namun, hingga tahun 2019 kini belum ada sama sekali pembangunan jalan yang dijanjikan oleh pihak perusahaan
“Komitmen-komitmen tidak tertulis pun sangat disayangkan. Diataranya jalan, katanya mereka mau membangun jalan tapi sampai detik ini pun belum ada tanda-tandanya,” ujarnya, Senin (16/9/19).
Ada tiga titik sebelumnya, dan terjadi penambahan lahan yang tidak adanya izin dari warga setempat, hingga kini berjumlah kurang lebih lima kandang. Bau yang dihasilkan pun diduga menganggu pernapasan. Bahkan, ibu-ibu yang bekerja sebagai pengepul kotoran ayam, terkena penyakit gatal-gatal.
“Dulu pernah, pihak swasta tersebut membuat semacam angket, isinya kandang ayam itu ekslusif. Artinya tidak ada bibit penyakit sama sekali. Karena mau masuk pun, harus bersih dan steril,” tuturnya.
Jangankan lalat, katanya, manusia saja ketika mau masuk diharuskan memakai pakaian khusus yang dinilai steril. Bahkan, keluar masuknya kendaraan itupun harus di steam terlebih dahulu atau dicuci.
“Namun, pada kenyataannya hingga saat ini hanya semi saja. Seharusnya ini di cros cek terlebih dahulu terkait dengan kendaraan. Ditambah, jarak antara masyarakat dan kandang tersebut relatif dekat ” ujarnya.
“Sangat disayangkan dari pihak perizinan dan dinas peternakan itu tidak disosialisasikan kembali,” katanya.
Demi penyerapan tenaga kerja lokal secara maksimal, dirinya pun mengaku turut andil dalam memberikan perizinan tersebut. Alhasil, hingga saat ini tenaga kerja lokal sangatlah minim, masih didominasi oleh orang luar.
“Sebetulnya sudah banyak tenaga kerja dari warga, akan tetapi masih banyak orang luar,” terangnya.
Dirinya berharap, kesepakatan-kesepakatan secara tidak tertulis dapat dilaksanakan dengan segera mungkin. Mengat hal itu dapat memecah belah kepercayaan masyarakat melalu desa.
“Komitmen-komitmen yang tidak tertulis itu bisa dijalankan, seperti pembangunan jalan, kesterilan lingkungan, serapan tenaga kerja dan lain-lainnya,” tuturnya.
Senada dengan hal tersebut, salah satu warga desa Bojong Menteng, Edo mengatakan bahwa dirinya merasa terganggu dengan banyaknya lalat hijau yang berkeliaran akibat dari adanya kandang ayam tersebut. Bahkan, karena rumah Edo tepat di pinggir jalan tempat berlalu lalangnya kendaraan, merasa sangat terganggu.
“Sangat terganggu, karena debu semua masuk ke rumah. Ditambah lagi lalat hijau yang tidak pernah hilang dari semenjak adanya kandang ayam tersebut,” keluhnya.
Jalan yang semakin rusak, ditambah musim kemarau membuat debu tiga kali lipat bertebaran masuk rumah ketika mobil besar milik swasta tersebut melewati halaman rumahnya.
“Tadinya lewat sini sudah tidak boleh, tetapi karena dari Kp Jangan pun dilarang lewat oleh kepala desanya, maka mobil-mobil itu kembali lewat sini (depan rumah) kalau mau ke kandang ayam ataupun dari kandang ayam ke luar desa,” tandasnya. (Nm/red)