SERANG – Mahasiswa di Kota Serang memperingati 52 tahun kematian ikon revolusi Ernesto “Che” Guevara, 9 Oktober 2019. Di kawasan kampus Universitas Bina Bangsa (Uniba), sejumlah mahasiswa berkumpul untuk memperingati kematiannya.
Che bahu membahu bersama Fidel Castro untuk menjatuhkan pemerintahan diktator yang didukung Amerika Serikat, Fulgencio Batista. Ia sempat menjadi menteri setelah Batista jatuh dan Castro berkuasa. Namun ia memilih pergi ke Kongo dan kemudian Bolivia untuk menggerakkan revolusi di sana sampai akhirnya dia ditangkap dan dieksekusi militer Bolivia yang dilatih badan intelijen AS, Central Intelligence Agency (CIA), pada 9 Oktober 1967.
Serikat Mahasiswa Sosialis Demokratik (SWOT), Mahasiswa Pinggiran (Maping), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMI) bersama Presiden Mahasiswa Uniba Wahyu Fajar Riyadi menggelar Mahasiswa datang untuk memberi penghormatan terhadap Che Guevara.
“Ini adalah bentuk penghormatan kita, pemikiran Che dan karyanya harus terus dijaga dan kita ikuti teladannya,” kata Vredo Adisyah Putra inisiator diskusi bertajuk ‘Mengenang 52 Tahun Kepergian Sang Penuntun Revolusi’.
Che Guevara, Fidel dan Raul Castro, kata Vredo, merupakan orang-orang yang menyerahkan jiwanya untuk kemanusiaan. Maka, diskusi itu dibuat bertema ‘Imam Husain Bin Ali Bin Abi Thalib dalam Pandangan Che Guevara’.
“Che bilang, kita untuk mengikuti revolusi Husain yang agung dan melangkah di jalannya,” ujar dia.
“Cucu kanjeng Nabi Muhammad saja digandungi mereka. Karena menilai perjuangan Husain sangatlah mulia,” lanjutnya.
Meski sudah 52 tahun sejak kematiannya, bagi mahasiswa Guevara tetap menjadi pahlawan anti-imperialisme atau penjajahan, terutama bagi publik di Amerika Latin dan Afrika. Di Kuba, orang-orang mengingat Guevara dengan gagasannya untuk bekerja keras bersama secara sukarela dengan bertelanjang dada di situs-situs bangunan dan mengangkut karung gula. (Us/red)