SERANG, – Organisasi Mahasiswa Serikat Mahasiswa Sosialis Demokratik (SWOT) Kota Serang sebut Wali Kota Serang telah membunuh sektor ekonomi Pejalan Kaki Lima (PKL). Pasalnya menjelang 1 Tahun kebijakan konsep relokasi walikota sebagai biang masalah yang menyandera hak-hak tersebut tidak memberikan kepastian terhadap PKL, mereka hari ini nasibnya terkatung-katung.
Demikian dikitakan pimpinan SWOT Kota Serang, Jejen pada updatenews.co.id, di Serang, Jum’at (11/10/2019).
“Kebijakan Wali Kota Serang dalam merelokasi PKL stadion berujung pada pembunuhan sektor ekonomi PKL, pasalnya menjelang 1 tahun kebijakan tersebut tidak memberikan kepastian terhadap PKL, mereka hari ini nasibnya terkatung-katung, memaksakan diri berjualan di Stadion digebug habis sama pemkot, disisi lain berjualan di kepandean bagaikan neraka dan sama saja dengan bunuh diri, bahkan konsep relokasi wali kota sebagai biang masalah yang menyandera hak-hak warga negara untuk mendapat pekerjaan,” katanya
Arah pembangunan kota, imbuh Jejen, dengan menempatkan PKL sebagi objek relokasi tidak tepat dilakukan oleh pemkot, padahal kebijakan yang solutif adalah menata ulang tempat PKL agar terlihat kondusif dan rapih. Dengan mempertimbangan penataan ini saya rasa baik PKL maupun konsumen akan semakin nyaman, dan pemerintah mendapatkan surplus dari retribusi pendapatan PKL,” imbuhnya
Jejen melanjutkan, Pemkot Serang dalam menjalankan kebijakan relokasi PKL sebetulnya sudah melanggar Perda Kota Serang No 4 Tahun 2014, mulai dari tidak ada upaya sosialisasi yang masif, kemudian tidak adanya pembinaan dan pemberdayaan terhadap PKL sampai tempat relokasi yang cacat.
“Polemik pasar kepandean sebetulnya sudah dari dulu, sehingga walaupun dipaksakan PKL akan tetap menolak berjualan ditempat tersebut, wajar saja di era rezim Syafrudin penataan kepandean sudah menghabiskan anggaran 355 juta namun PKL tidak ada satupun yang berjualan. Walikota tidak punya otak, PKL bukan Hewan yang seenaknya saja di giring dalam pembuangan,” lanjut Jejen
Jejen menjelaskan, konsep relokasi dikepandean yang digadang-gadang sebagai tempat eks PKL Stadion bermuara pada sumber masalah, mulai dari tidak ada benang merah yang dipecahkan antara pemkot dengan PKL, sehingga kecatatan sosialisasi dan infrastruktur dalam bentuk bangunan fisik tidak terlihat. Pun demikian ada yang ganjil dalam penyerapan anggaran tersebut, dalam realisasinya saya menilai ada permainan yang sengaja dilakukan oleh pemerintah maupun OPD,” jelasnya
Pihaknya memaparkan, harus diingat semenjak diterbitkan kebijakan relokasi PKL stadion, saya bersama PKL, kata Jejen, berulang kali menyerukan penolakan, bahkan kami beberapa kali melakukan aksi demonstrasi di Pemkot hal ini bertujuan agar wali kota mendengar dan menyerap aspirasi rakyat, namun aspirasi rakyat tidak sedikitpun dipertimbangkan oleh wali kota.
“Semua khalayak tahu bahwa kebijakan relokasi PKL terkesan politis, walikota terlalu memaksakan kehendak tanpa mencari solusi, akibat dari ulah walikota rakyat melarat PKL menjerit ditengah ketidakpastian berdagang,” paparnya
SWOT dan PKL mengecam akan melakukan aksi demonstrasi bahkan akan mengepung kantor wali kota Serang.
“Jika PKL stadion tidak diberikan ruang untuk menempati atau berjualan di area stadion kembali, mahasiswa bersama PKL akan melakukan aksi demontrasi besar-besaran di kantor wali kota. Bahkan kami akan melakukan skema menduduki kantor wali kota sebagai bentuk kekecewaan PKL,” pungkasnya
(Adi/red)