TANGERANG – Silat Betawi merupakan salah satu jenis pencak silat yang dimiliki Indonesia, yang sampai saat ini masih banyak yang menekuni. Meski saat ini hanya sebatas pelengkap pernikahan dan pentas budaya, silat Betawi pernah menjadi alat perlawanan rakyat terhadap penjajah di jaman pra kemerdekaan.
Seiring berjalannya waktu, fungsi dari silat Betawi mengalami perubahan waktu jaman pra kemerdekaan silat digunakan untuk melawan musuh dan menjaga rumah orang kaya. Saat ini silat Betawi digunakan untuk pentas dalam pelestarian budaya salah satunya sebagai palang pintu.
“Kalau jawara dulu itu sebagai penjaga dan penguasa kampung, dibeberapa wilayah dipakai jadi centeng untuk menjaga orang Belanda atau rumah orang kaya. Saat ini hanya sebagai hiburan dan tradisi seperti palang pintu, ” ungkap Syafi’i pemilik salah satu sanggar di Tangerang.
Palang pintu sendiri merupakan tradisi pernikahan budaya Betawi, palang pintu sendiri untuk membuka jalan bagi pengantin pria untuk bisa menemui pengantin wanita. Perwakilan dari jawara akan berada silat untuk menentukan apakah pengantin pria dibolehkan untuk menemui pengantin wanita, palang pintu bukan hanya menunjukkan kepiawai silat saja akan tetapi juga menampilkan berbalas pantun.
“Palang pintu memadukan dua budaya Betawi yaitu pantun dan silat, perwakilan dari pria akan bertarung melawan perwakilan wanita untuk menentukan boleh tidaknya pengantin pria menemui pengantin wanita, ” jelasnya.
Ia berharap, budaya silat Betawi dan budaya lainnya masih tetap lestari, mengingat siapapun bisa belajar silat Betawi karena silat Betawi tidak dikhususkan untuk golongan tertentu.
“Silat Betawi bisa dipelajari oleh pria dan wanita tidak dilihat dari suku apa dan agama apa yang penting niat sungguh-sungguh karena ilmu silat tidak bisa dikuasai tanpa niat sungguh-sungguh dan ketulusan hati, ” tutupnya. (Farid/ red)