SERANG – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Universitas Bina Bangsa (Uniba) telah melaksanakan Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) yang berlangsung sejak 1 sampai 3 November 2019 di Saung Galih Kawasan Banten Lama, Kota Serang.
Ketua Rayon Fakultas Ekonomi & Bisnis (FEB) PMII Uniba, Iin Zakiyah mengatakan, tanpa harus mengesampingkan materi pokok kaderisasi, peserta juga didorong agar selalu bepegang teguh pada ajaran Islam Ahlussunah Wal Jama’ah yang berkomitmen terharap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Kita orang Islam yang tinggal di Indonesia, jadi peran terhadap negara harus didasari dengan rasa cinta tanah air, Karena cinta tanah air juga bagian dari pada Iman,” kata Iin saat penutupan, Minggu, (3/11/2019).
Ia menuturkan, sampai saat ini Indonesia mengalami desintegrasi antar bangsa, satu sama lain saling mengklaim paling benar dan paling Islam dan bahkan paling Indonesia. Menurutnya, klaim kebenaran individual itu hanya akan melahirkan perpecahan bangsa.
“Bahkan bisa melahirkan kelompok ekstrem yang menjadikan agama sebagai tameng, maka, kegiatan kaderisasi tingkat satu ini bertujuan untuk mencetak anggota sebagai benteng penjaga empat pilar kebangsaan dari kelompok-kelompok ekstremis itu,” sambungnya.
Selain itu, ia juga mengajak kepada para peserta yang mengikuti kegiatan tersebut agar dapat bersama-sama menjaga kampusnya dari ancaman radikalisme dan terorisme yang bertentangan dengan konsensus berbangsa dan bernegara.
“Pancasila bukan akidah agama, dan tak akan menggantikan akidah agama manapun. Tapi ia dasar hidup bersama sebagai bangsa,” terangnya.
Sementara itu, Alumni PMII Uniba, Aab Abubakar, yang juga sebagai anggota Majelis Pembina Komisariat (Mabinkom) mengatakan, Mapaba merupakan gerbang awal untuk mahasiswa berproses.
“Ini hanya gerbang awal peserta dikenalkan apa itu PMII,” kata Abubakar.
Dihadapan peserta, ia berpesan kepada anggota dan kader agar menjaga budaya membaca dan diskusi. Karena, PMII lahir di Uniba untuk mencetak insan intelektual yang berdaya saing.
“Kultur yang harus kita jaga di kampus ya membaca dan diskusi. Kalau turun ke jalan, itu keharusan,” imbuhnya.