SERANG – Akibat lahan pertanian yang terus menyusut, ditambah juga musim kemarau yang berkepanjangan, Kota Serang setiap tahunnya mengalami defisit pangan hingga mencapai 20 ribu ton.
Kepala Bidang (Kabid) Pangan, Distan Kota Serang, Andriyani mengatakan sebanyak 655.004 jiwa penduduk Kota Serang yang membutuhkan sebanyak 69.889 ton beras pertahunnya, namun ketersediaan beras di Kota Serang hanya baru mencapai 42.328 ton pertahunnya. Artinya, hal tersebut masih belum mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Kota Serang
“Ini berdasarkan data 2018 dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten. Lahan pertanian kita sekarang 7.900 hektaran dari sebelumnya 8.700 hektar, dikalikan dengan dua kali panen itu belum bisa mencapai kebutuhan Kota Serang, artinya kita defisit sekira 20 ribu ton,” ujarnya kepada Update news saat ditemui diruang kantornya, Rabu (6/11).
Bahkan berdasarkan skor pola pangan harapan (PPH) Kota Serang baru mencapai 82 poin, lebih rendah dibandingkan daerah-daerah maju di Provinsi Banten. Maka dari itu perlu dorongan sosialisasi tentang pengembangan keanekaragaman pangan.
“PPH ini berdasarkan komposisi yang mengandung karbohidrat dan lain di daerah, kalau di daerah maju itu mencapai 90 poin, sementara idealnya itu 100 poin,” katanya.
Dari kondisi yang digaris bawahi bahwa faktor ketersediaan pangan untuk masyarakat belum terpenuhi, hal itu bisa menjadikan Kota Serang sebagai daerah yang rawan pangan.
“Saat ini kami sedang membuat peta rawan pangan. Ada indikatornya dalam daerah rawan pangan, yaitu produksi, kemudian kemampuan daya beli, hingga balita tertimbang. Jadi kami kerjasama dengan Dinas Kesehatan, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Serang,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Serang, Edinata mengatakan untuk mengatasi defisit pangan, pihaknya tidak bisa menitikberatkan pasokan pangan Kota Serang ke Kasemen saja, namun untuk menutupi kekurangan tersebut akan mengambil pasokan ke daerah tetangga, seperti Kabupaten Serang, dan Kabupaten Pandeglang. Selain itupun juga sebagian dari Bulog.
“Iya memang benar, dan kita tidak bisa menitikberatkan pasokan pangan kita ke Kasemen, makanya kita mengambil sisanya itu ke daerah tetangga,” katanya.
Selain itu, untuk mengurangi penggunaan nasi, pihaknya akan mengadakan program satu hari dalam satu minggu mengganti nasi dengan bahan lokal yang sama-sama mengandung karbohidrat seperti singkong dan umbi-umbian.
“Jadi nanti kita tentukan, hari apa nih masyarakat makannya menggunakan singkong. Memang ini masih wacana yah, namun kami akan coba untuk mendorong hingga ada Perwal atau Kepwal soal itu,” tuturnya.
Wakil Walikota Serang, Subadri Ushuludin, mengaku sepakat dengan langkah yang akan diambil oleh Distan. Hal tersebut sebagai langkah untuk ketersediaan pangan berkelanjutan.
“Sok liat aja di meja saya, itu minimal ada singkong di piring makanannya, dan saya sepakat jika memang ingin didorong dengan Peraturan Walikota (Perwal),” katanya. (Nm/red)