SERANG – Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten gelar kegiatan Fasya Sharia Fest dengan mengusung tema “Fenomena Hijrah, Sebagai Lifestyle atau Jalan Menuju Taubah,” kegiatan itu berlangsung di Aula sjadzli Hasan Lanta 2 UIN Banten Senin, (25/11/2019)
Ketua Dema Fakultas Syariah Egi Setiawan mengatakan tujuannya dilaksanakan kegiatan ini untuk menggali keilmuan atas fenomena yang terjadi terkait hijrah.
“Tujuan kita mengadakan kegiatan seperti ini semata-mata untuk mengolaborasi suatu keilmuan dalam artian kita akan mengetahui esensi dari fenomena yang terjadi ini dalam tanda kutip fenomena hijrah,” katanya dalam acara tersebut.
Ia menjelaskan, di kalangan anak muda artinya hijrah ini apakah menjadi Lifestyle ataukah jalan menuju taubah, padahal pada esensinya memang Hijrah itu mengarahkan kepada jalan menuju taubah artinya dari yang buruk menjadi baik dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
“Pada kehidupan sekarang hijrah itu hanya dijadikan sebuah trend dan itu hanya menyentuh kepada permukaan diri manusia dan hanya dijadikan sebagai gaya hidup saja. maksud kita disini bukan hanya menyudutkan satu posisi orang atau kelompok akan tetapi hanya ingin menggali agar ini menjadi bahan kajian dan menjadi bahan untuk selalu kita mengedepankan teori-teori yang bisa dipertanggung jawabkan,” imbunya
Ia juga berharap agar seluruh Mahasiswa dan Masyarakat lebih mengerti tentang makna Hijrah sesungguhnya.
“Saya Berharap semua mahasiswa maupun umum tau makna dari esensi hijrah yang sesungguhnya agar kita tidak kabur dari yang namanya hakikat hijrah itu sendiri,” harapnya.
Sementara itu, Siti Hadijah GusDurian Sekaligus tenaga pendidik disalah satu sekolah mengungkapkan, bahwa taubah itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi bagaimana mengejewantahkan ke sosial masyarakat.
“Hijrah itu bahasa yang dilontarkan yaitu bahasa politis yang ada unsur politisnya sejak sejarah zaman Rasulullah juga sebenarnya umat islam sendiri sudah tidak ada hijrah yang ada memang qur’an dan hadits dari dulu juga seperti itu. Kalau mau benar-benar lebih baik ya harus tobat belajar ilmu agama supaya kita memahami intisari dari taubat itu seperti apa. Selain tobat secara vertikal dengan allah supaya kita bisa bersosial. Jadi tobatnya bukan hanya untuk diri sendiri tapi bagaimana mengejewantahkan ke sosial masyarakat itu intisari dari tobat,” ungkapnya
Ia menghimbau kepada generasi muda agar selektif terhadap kelompok yang mengatasnamakan agama.
“Saya berharap, Anak-anak muda lebih selektif melihat kumpulan-kumpulan komunitas yang mengatas namakan agama segala macam karena ditakutkan menyimpang kecuali yang sudah mempunyai dasar agama yang kuat misalkan dari pesantren, orang-orang pesantren sangat minim dengan hal-hal seperti itu,” pungkasnya.
(Adi/red)