SERANG – Kota Serang sebagai Ibu Kota Provinsi Banten mendapatkan predikat pertama garis kemiskinan tertinggi di Banten dibandingkan dengan tiga kota lainnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, garis kemiskinan di Kota Serang berada di angka 5,40 persen, hal itu menempatkan Kota Serang pada posisi pertama, yang paling terendah yaitu Kota Tangerang Selatan.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Serang Budi Rustandi mengatakan, persoalan kemiskinan merupakan masalah ekonomi, untuk mengatasi hal tersebut ia memberikan solusi dengan mengundang investor sebanyak-banyaknya di Kota Serang.
“Dasar utamanya adalah kekurang lapangan pekerjaan. Kami akan mengundang investor sebanyak banyaknya,” ujarnya, saat usai menghadiri acara di salah satu tempat di Kota Serang, Rabu (22/1).
Namun, kata Budi, pihaknya masih terkendala di Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Serang yang hingga saat ini masih belum selesai.
“Cuma kendalanya di RTRW, kalo udah selesai kami bisa memplot ini industri, ini yang lain-lain, baru kita mempersiapkan Perda nya untuk setiap pengusaha yang mau inves di Kota Serang, dia harus wajib pekerja nya adalah 60 atau 40 persen nya pribumi,” katanya.
Budi menegaskan, dengan mengundang investor sebanyak-banyaknya hal itu akan mengurangi kemiskinan yang ada di Kota Serang.
“Solusinya kalo ga begitu bagaimana?, kalo mengembangkan usaha seperti UKM, namun itu harus didorong dengan Perda kuncinya, kalo Perda belum siap ya Perwal,” tegasnya.
Sebelumnya, Kota Serang ditetapkan sebagai Kota dengan garis kemiskinan tertinggi dibandingkan dengan tiga kota lainnya yang ada di Provinsi Banten. Namun secara keseluruhan, mulai dari periode Maret hingga September 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 7,5 ribu, atau dari 378,83 ribu menjadi 371,28 ribu, Senin (20/1).
Demikian hal itu dikatakan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Adhi Widiana, menurutnya saat ini garis kemiskinan terendah jika dalam persen dipegang oleh Kota Tangerang Selatan, dibandingkan Kota Serang berada di angka 5,40 persen.
“Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan, seperti perumahan, sandang, pendidikaan hingga kesehatan,” katanya. (Nm/red)