JAKARTA – Grab menggandeng startup asal Jerman Volocopter untuk menguji kelayakan layanan taksi udara di seluruh Asia Tenggara.
CEO Volocopter Florian Reuter mengatakan studi kelayakan ini untuk mengeksplorasi kemungkinan uji penerbangan bersama, sekaligus meneliti rute kota mana yang cocok untuk penggunaan taksi udara di Asia Tenggara. Selain itu, uji kelayakan juga akan mengevaluasi penggunaan taksi udara.
“Kerja sama ini merupakan langkah penting menuju komersialisasi Urban Air Mobility di salah satu kawasan paling macet di dunia. Bersama-sama kita akan belajar dari wawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang peluang ekonomi dan sosial di rute terpanas di Pasar Asia Tenggara,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (19/2/2020).
Florian menuturkan kolaborasi ini juga akan melihat potensi untuk kerja sama yang jauh lebih besar yang pada akhirnya dapat memperluas mobilitas antarmoda transportasi langit.
Sementara itu, Kepala Usaha Grab, Chris Yeo menambahkan Grab telah mengumpulkan pola lalu lintas dan wawasan pelanggan di wilayah tersebut yang dapat membantu tim menghasilkan solusi mobilitas paling inovatif untuk menyambungkan destinasi untuk transportasi.
“Kemitraan ini akan memungkinkan Volocopter untuk lebih mengembangkan solusi mobilitas udara perkotaan yang relevan bagi komuter Asia Tenggara sehingga mereka dapat memutuskan pilihan perjalanan yang mereka pilih berdasarkan anggaran, kendala waktu dan kebutuhan lainnya, dengan cara yang mulus,” jelasnya.
Sebagai informasi, taksi udara dengan dua tempat duduk ini dirancang khusus untuk penerbangan di dalam kota dan akan tetap stabil bahkan dengan turbulensi mikro di sekitar gedung pencakar langit.
Taksi udara yang terlihat seperti helikopter itu dapat beroperasi dengan teknologi drone hingga lepas landas dan mendarat secara vertikal, membawa hingga 160 kilogram, dan menempuh jarak hingga 30 kilometer, dengan kecepatan tertinggi sekitar 100 km/jam. Mereka juga jauh lebih nyaman daripada helikopter. (Red)