Oleh: Iim Muslimah S.Pd
(Aktivis BMI, Ibu Generasi)
Setelah sekian lama menjadi Negara berkembang, pada akhir Februari lalu Indonesia akhirnya berubah status menjadi Negara maju.
Kumparan.com Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (United States Trade Representative) baru saja mencoret Indonesia dari daftar negara berkembang. Dengan begitu, Indonesia akan beralih menjadi negara maju.
Selain Indonesia, predikat negara maju juga disematkan kepada beberapa negara lainnya seperti Brasil, India, China, Korea Selatan, Malaysia, Thailand hingga Vietnam.
Penjajahan ekonomi dan politik
Dikutip dari Menyoal pengangkatan Indonesia menjadi negara maju itu, South China Morning Post (SCMP), Minggu (23/2) menyebut keputusan tersebut memang bertujuan agar negara-negara tersebut tidak memperoleh perlakuan khusus dalam perdagangan internasional.
Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, konsekuensi Indonesia ketika menjadi negara maju yaitu bakal dihapuskannya pula Indonesia sebagai negara penerima fasilitas GSP (Generalized System of Preferences).
Dengan fasilitas GSP, Indonesia sebelumnya bisa menikmati fasilitas bea masuk yang rendah untuk ekspor tujuan AS. Sehingga akan membantu bagi negara berkembang dan miskin untuk terus bertumbuh.
Lantas, apa ruginya bagi Indonesia?
Bhima mengatakan, peniadaan GSP dengan status menjadi negara maju bisa menyebabkan meningkatnya beban tarif bagi produk ekspor asal Indonesia yang selama ini mendapat insentif. Saat ini menurutnya, ada total 3.572 produk Indonesia memperoleh fasilitas GSP.
“Pastinya rugi, karena fasilitas perdagangan yang selama ini dinikmati Indonesia akan dicabut,” ujar Bhima kepada kumparan, Minggu (23/2). Kumparan.com
Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal menambahkan penilaian sebagai negara maju yang berdasarkan keikutsertaan Indonesia dalam G20 kurang relevan. Sebab, G20 merupakan kelompok 20 ekonomi utama yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa.
Sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia kurang lebih 269 juta jiwa, wajar jika Produk Domestik Bruto Indonesia (PDB) Indonesia masuk dalam kategori G20. “Kalau kami lihat indikator negara bekembang ke negara maju hampir tidak ada yang Indonesia penuhi, kecuali satu hal kita masuk ke G20. Tetapi G20 hanya perkumpulan didasarkan besarnya GDP,” paparnya.
Jika ditengok dari pendapatan per kapita, Indonesia masih jauh dari syarat tersebut. Bank Dunia menyebutkan indikator negara maju adalah pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita sebesar US$12.375. Sedangkan Indonesia baru mencapai US$4.174,9 per kapita pada 2019. CNN.com.
Dari pemaparan di atas jelas bahwa perubahan status dari negara berkembang menjadi negara maju sama sekali tidak ada keuntungan untuk Indonesia. perubahan status menjadi negara maju justru merugikan Indonesia. Mulai dari semakin sulit bersaing dalam kancah perdagangan internasional hingga utang negara akan semakin sukar dilunasi karena meningkatnya suku bunga bagi negara maju. Maka jelas hal ini akan berimbas pada menurunnya investasi yang diperkirakan akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi negeri. Bahkan bisa jadi negara ini akan berubah status kembali namun menjadi lebih hina di mata internasional, yaitu negara miskin.
Jika kita telaah pengangkatan Indonesia dan negara lainnya Negara Maju oleh Amerika serikat merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan keuntungan lebih banyak. Apalagi jika kita lihat pemimpin Amerika yang memiliki background pengusaha. AS melalui WTO ingin melanggengkan kekuasaannya dengan memperluas wilayah dagang dan mengurangi kerugian termasuk menjadikan negara berkembang menjadi negara maju.
Selain itu pengangkatan tersebut juga sebagai hukuman untuk Indonesia karena Indonesia yang dipimpin oleh rezim saat ini lebih erat dengan China dari pada AS. Terbukti dari investor terbesar Indonesia saat ini adalah China.
Hegemoni Amerika ini tidak akan bisa dihentikan selama Ideologi kapitalisme masih bercokol di negeri ini. Kapitalisme sejatinya hanyalah alat penjajahan untuk menghisap kekayaan alam dan SDM negara-negara miskin dan berkembang. Para pemilik modal adalah tuannya. Dan materi adalah tujuannya.
Islam Hilangkan Penjajahan
Penjajahan adalah dominasi yang mengakibatkan eksploitasi. Karena itu, di dalam penjajahan ada pengekangan alias kontrol. Kontrol dari pihak tertentu kepada pihak lain, dengan tujuan untuk mengkesploitasi segala potensi yang dimiliki. Termasuk merubah status sebuah negara agar mendapatkan keuntungan lebih banyak walaupun negara dibawahnya sekarat. Ini berlawanan dengan Islam.
Negara Islam menjamin keamanan dan kesejahteraan negara yang telah ditaklukkannya. Terbukti ketika Islam masih berjaya banyak Negara yang ingin ditaklukan salah satunya ialah Spanyol yang berharap penaklukan itu segera datang. Mengapa demikian ? Karena wilayah dominasi Islam merasakan kesejahteraan dibawah naungan Islam. Bahkan pada masa Khalifah bin Abdul Aziz tidak ada satupun rakyat yang berhak menerima zakat. Ini menandakan kesejahteraan yang begitu melimpah yang didapatkan rakyat.
Untuk itu kembali kepada aturan Allah dengan penegakan syariat Islam melalui sebuah negara adalah sebuah keharusan karena hanya itu satu-satunya cara melenyapkan kapitalisme dari dunia. WaAllahu al’lam