PANDEGLANG – Memprihatinkan, kata itu yang mungkin dapat tergambarkan jika kita melihat kondisi Saniah (60) seorang lansia yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk sawah yang berlokasi di Kampung Cimanis, Desa Cimanis, Kecamatan. Sobang, Kabupaten Pandeglang.
Sudah 25 tahun Nenek Saniah hidup sebatang kara di gubuk yang beratapkan daun rumbia dan berdinding bilah bambu dan kayu ini. Sehari – harinya nenek Saniah menghabiskan waktunya dengan bercocok tanah di pekarangan sekitar tempat tinggalnya.
Kisah pilu nenek Saniah dibagikan oleh seorang Relawan Sobang Peduli Kemanusian Ade Yayan Permana melalui akun Facebook miliknya @Ade Yayan Permana. Dalam akun Fecebook tersebut Yayan menceritakan tentang kondisi Nenek Saniah.
“Ibu Saniah adalah seorang wanita renta yang tinggal dan hidup sendirian dalam sebuah rumah reot mirip gubuk yang berada di Kp. Cimanis, Ds. Cimanis, Kec. Sobang, Kab. Pandeglang, Banten.”tulisnya dalam keterangan Postingannya, Minggu (6/6/2020).
Mengetahui hal tersebut, Updatenews.co.id mencoba menanyakan kondisi nenek Saniah kepada Yayan, dirinya mengatakan bahwa sebelumnya Komunitasnya (Sobang Pedulu Kemanusiaan – red) mendapat informasi dari warga terkait kondisi nenek Saniah.
Kemudian Yayan bersama Tim Sobang Peduli Kemanusiaan mendatangi kediaman nenek Saniah untuk melihat kondisinya. Tak hanya itu, Tim Sobang Peduli juga memberikan paket sembako untuk nenek Saniah.
Dikatakan Yayan, kondisi gubuk yang menjadi tempat tinggal nenek Saniah sangat memperihatinkan. Tiang – tiang penyagah rumah sudah terlihat sangat lapuk, bahkan dinding rumah yang terbuat dari bilah bambu dan kayu kini sudah ada yang di tutup dengan pelastik.
“Kondisi rumahnya memang sudah sangat memperihatinkan, atapnya yang terbuat dari daun rumbia sudah ditambal sama pelastik. Dinding – dindingnya pun udh pada rapuh, pada bolong dan ditutupi oleh pelastik, dan mirisnya lagi penerangannya pun hanya mengandalkan lampu tempel,”kata Yayan.
Tidak hanya itu, kondisi memilukan juga kembali terlihat saat Yayan bersama Tim Sobang Peduli mengetahui bahwa tempat istirahat nenek Saniah hanya terbuat dari dipan kayu yang sudah reot. Bahkan, untuk menyambung hidup nenek Saniah hanya bergantung pada kebaikan para tetangganya.
“Tempat tidurnya hanya dipan reot yang sudah memprihatinkan sekali kondisinya, sedangkan untuk makan sehari – hari nenek Saniah sangat bergantung pada kebaikan orang – orang disekitarnya,”ungkapnya.
Dirinya juga berharap semoga para dermawan terketuk hatinya untuk membantu nenek Saniah agar hidup lebih layak di masa tuanya.
“Yang saya harapkan semoga banyak para relawan, dermawan yang sudi kiranya membantu nenek Saniah dan yang paling utamanya itu untuk masalah rumahnya itu, supaya nenek Saniah bisa hidup di rumah yang layak huni,”harapnya. (Aldo)