PANDEGLANG – Ratusan Mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa Universitas mathlaul Anwar ( UNMA) Banten melakukan Aksi demonstrasi di Gedung baru Rektorat Unma, Selasa (16/06/2020).
Dalam aksinya massa meminta agar ada pemotongan UKT sebesar 50 persen bagi mahasiswa yang terdampak akibat covid-19.
Koordinator Lapangan Aksi Muhamad Abdullah mengatakan, Momentum Aksi ini di Gelorakan dengan Kegeraman Mahasiswa atas Kebijakan Kampus yang di Nilai Masih Memberatkan Pembayaran UKT saat masih Pandemi covid-19.
Maka dari itu, pihaknya menuntut agar UKT di potong sebesar 50%, namun bagi mahasiswa yg belum bisa membayar bisa di tangguhkan,agar mahasiswa bisa mengakses pembelajaran dan UAS nanti dengan lancar.
“Di tengah wabah covid 19 melanda mengakibatkan pembelajaran dialihkan ke sistem daring, namun sampai saat ini tidak ada kontrol dari fihak kampus sehingga tidak berjalan dengan baik,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui telephon seluller.
Menurutnya, sistem daring yang di laksanakan penuh dengan kebecaandaan, terkesan masih memberatkan mahasiswa, terlebih saat ini seluruh sektor terdampak atas covid-19.
Selain itu, Sambung Abdullah, Kebijakan Kampus saat ini masih Memegang erat jiwa Industrialisasi, idealnya, kata dia, Pada Saat pandemi ini mahasiswa menunggu kebijakan yang memang bisa meringankan beban biaya Kuliah, beban orangtua yang perekonomian nya terdampak.
“Kami mengusulkan agar ada pemotongan uang kuliah sebesar 50 persen,Kalau tidak dipotong, setidaknya ada relaksasi pembayaran UKT selama satu tahun atau setidaknya 6 bulan,” ungkapnya.
Aktivis Liga Mahasiswa Nasionalis Demokratik (LMND) menuturkan, bahwa sebaiknya memang Universitas tidak mengambil keuntungan atau merencanakan pembangunan dalam waktu dekat. Melihat keadaan yang ada, tidak elok rasanya tetap memaksakan mahasiswa membayar dengan penuh. “Di titik ini, logika kapitalisme harus dikesampingkan dan mengedepankan kemanusiaan,” ungkapnya.
“Memotong atau menggratiskan UKT seharusnya bukanlah beban bagi universitas. Universitas pun terkena dampak dari corona, dan harusnya terlintas juga di pikiran mereka bagaimana dampaknya ke mahasiswa. Pembangunan atau hal lain yang tidak mendesak harusnya tidak menjadi alasan untuk memaksa mahasiswa membayar penuh,” tandasnya.
Penulis : Jejen
Editor : Aldo Marantika