TANGSEL, – Setelah beberapa waktu lalu para relawan yang terdiri atas para aktivis pemenangan Jokowi – Amien mendeklarasikan diri untuk mendukung Dr H Heri Gagarin SE MM (Hegar) di Taman Kota, Bumi Serpong Damai (BSD), kali ini, kembali dukungan mengalir deras dari relawan Demi Anak Generasi (DAG).
Para relawan mendatangi Posko Pemenangan Hegar di Saung Gotong Royong Perjuangan kawasan Pondok Jagung Timur, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Sabtu (4/7/2020). Secara eksplisit DAG mendukung Hegar untuk maju dalam kontestasi Pilkada 2020 yang akan digelar di Tangerang Selatan Desember tahun ini.
“DAG sangat mendukung Bung Hegar, selain beliau kader internal PDI Perjuangan yang masih muda namun cukup senior, beliau mumpuni dan tak diragukan lagi pengalamannya di partai, beliau juga sudah dikenal peka terhadap permasalahan sosial, terutama masalah anak,” ujar Ketua DPD DAG Banten Irfandi Wongso usai deklarasi dukungan.
Dalam kesempatan itu, Bung Hegar menyerahkan topi dan buku Megawati Soekarnoputri yang pernah ditulisnya bersama sejumlah ‘wartawan senior perjuangan’ yang berjudul “Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat” terbitan Gramedia, Jakarta. Dalam buku ini Bung Hegar menulis dan memotret romantisme di tengah perjuangan seorang Megawati Soekarnoputri yang didukung penuh sang suami, Dr (HC) H M Taufiq Kiemas.
Bung Hegar dikenal sangat dekat dengan Taufiq Kiemas. Bung Hegar dipercaya Taufiq Kiemas untuk terus mendokumentasikan perjuangan Megawati saat itu. Tak heran jika DPP butuh foto sejarah, Bung Hegar selalu menyuplai foto-foto sejarahnya.
Dirinya mengenal sosok Taufiq Kiemas sejak aktif di GMNI saat awal-awal kuliah tahun 90 an di Jakarta. Bahkan Taufiq Kiemas pernah menawarkan untuk memberikan beasiswa kepada Bung Hegar untuk menyelesaikan kuliahnya. “Saya menyebutnya Bang Taufiq sebagai mentor GMNI saya, “ ujar Bung Hegar. Dirinya menyebut Bang, karena permintaan Taufiq kala itu supaya akrab.
Sebagai penghargaan atas kebaikan Taufiq Kiemas, pada 2003 mantan Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tangerang Selatan ini menggelar pameran foto bertajuk “Taufiq Kiemas Dalam Kilatan” di Hotel Indonesia, Jakarta.
Dalam pameran ini ada yang menarik. Salah satu bingkai foto bergambar Taufiq – Mega ditawar Rp 2 miliar oleh salah seorang pengusaha, namun ditolak Hegar dengan alasan foto bersejarah yang difotonya pada tahun 1996 tersebut tidak bisa diukur dengan uang. “Foto itu tidak bisa, hanya untuk pameran dan tidak akan dijual,”kata Bung Hegar tegas, mengenang.
Namun, pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2016 di Sentul, Bogor, foto bersejarah berusia 20 tahun itu diserahkan secara khusus oleh Bung Hegar kepada Megawati Soekarnoputri bertepatan dengan HUT Ketua Umum yang ke-69. “Foto hasil jepretan Bung Gagarin ini pernah ditawar Rp 2 miliar, namun ditolak Bung Gagarin, dan kini dipersembahkan khusus kepada Ibu Megawati Soekarnoputri,” kata Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menjadi MC saat perayaan HUT Megawati saat itu, yang disambut riuh tepuk tangan undangan yang hadir usai potong tumpeng.
Menceritakan sosok Bung Hegar memang tak ada habisnya. Ayah dua orang puteri yang salah satu puterinya adalah atlet berprestasi Ice Skating nasional peraih medali emas seluncur es se Asia itu mengawali karir politik sejak duduk di bangku kelas 2 di Sekolah Menengah Pekerjaan Sosial (saat ini SMK 28 Jakarta).
Pria kelahiran Ciputat, Tangerang Selatan ini merintis sejak menjadi anggota PDI (saat itu) dan turut menjadi saksi sejarah membela perjuangan PDI Pro Mega dalam peristiwa Kudatuli (kerusuhan 27 Juli 1996) kantor DPP PDI Jalan Diponegoro, Jakarta. “Saya miris, sedih, campur sedikit was-was ketika penyerangan itu terjadi,” kata Bung Hegar lagi. “Pasca penyerangan, saya dan sejumlah wartawan serta beberapa pengurus dipimpin Sekjen Komnas HAM, pak Clementino dos Reis Amaral mengecek kantor DPP yang diserang itu. Saya sedih melihat ruang kerja Bu Mega, yang dipenuhi cairan merah, bau anyir dan atap plafon yang jebol, parah, sangat parah..,” kenang Bung Hegar. “Kadang kalau saya diundang ke DPP, saya masih trauma dengan kantor itu, bengong sendiri, melihat tiang bendera yang dulunya ada mobil merah dibakar,” ujar Hegar lirih.
Seiring dengan waktu, Bung Hegar terus mengikuti perkembangan partai berlambang banteng ini, hingga ikut hadir dalam Kongres dan rapat akbar di Lapangan Kapten Japa, Denpasar, Bali pada 1998 dan pada 1999 dideklarasikanlah PDI Perjuangan di Senayan, Jakarta. Inilah tonggak sejarah PDI yang berkotak segilima menjadi kepala banteng lingkaran bulat bermata merah.
Sejak itulah, Bung Hegar semakin kuat pendiriannya, bahwa partainya harus dibela mati-matian, dan hingga kini dia masih setia dengan PDI Perjuangan yang telah membentuk karakter politiknya baik di kancah nasional maupun lokal. “PDI Perjuangan adalah darah saya,” ujarnya mantap.
Puncaknya Bung Hegar yang sudah 27 tahun jadi kader ini dipercaya Megawati memimpin partai wong cilik sebagai Ketua DPC PDI Perjuangan di Kota Tangerang Selatan setelah sebelumnya harus mengikuti pendidikan dan pelatihan kader yang sangat ketat. Terakhir Bung Hegar telah mengikuti Pendidikan Kader Utama, yang merupakan pendidikan tertinggi dalam lingkup pengkaderan di partai. Di masa kepemipinannya sebagai ketua partai, jebolan doktor S3 ekonomi Trisakti ini berhasil menaikan jumlah suara pada Pileg 2019. Begitu pula, sebagai Pembina Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi – Amien Tangsel pun, Bung Hegar punya andil turut memenangkan Jokowi – Amien di Tangerang Selatan. Kini Bung Hegar dipercaya kembali memimpin partai di Provinsi Banten sebagai wakil ketua.
Meski dipandang sebelah mata oleh para elit partai, dengan bermodal dukungan relawan, simpatisan, kader, dan struktural akar rumput serta satgas partai, Bung Hegar yang telah menjalani penjaringan dan penyaringan PDIP kini terus berjuang untuk mendapatkan rekomendasi dari Ketua Umum sebagai kader yang dipilih partai dalam Pilkada 2020. (US/red)