SERANG, – Puluhan santri dan masyarakat beserta santri Padarincang Kabupaten Serang mendatangi pesantren yang diduga dijadikan tempat pencabulan santriwati.
Kedatangan masyarakat dan santri ini karena kesal hingga sekarang pelaku belum tertangkap atau penanganannya lambat padahal sudah tiga minggu berjalan sejak laporan di awal Juli.
Pantauan di lapangan massa mulai berdatangan sejak pagi dan massa mulai semakin bertambah saat siang hari. Nampak lokasi dijaga ketat aparat kepolisian dan sudah dipasang garis line polisi.
“Cuma minta di hukum seberat-beratnya, karena sudah bikin malu kampung dan juga pesantren,” kata salah satu warga yang enggan disebutkan namanya, Selasa (28/7).
Sementara itu, warga lainnya menuturkan emosi masyarakat sudah tidak terbendung lagi, masyarkat hanya meminta pelaku untuk diadili seadil-adilnya dan menutup pesantren.
Sebelumnya diberitakan Seorang oknum guru salah satu pesantren di Kabupaten Serang dilaporkan ke Polres Serang Kota karena diduga telah melakukan pencabulan terhadap santriwati.
Salah satu orang tua korban Sa’mun (48) mengatakan pihaknya mengetahui anaknya jadi korban setelah ditangani oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Serang.
“Ada yang laporan dari orang desa ke saya, anak saya ditangani P2TP2A. sampai kaget seperti ini,” ucapnya.
Dikatakan Sa’mun selama ini anaknya tertutup. Anaknya, lanjutnya mondok di pesantren tersebut diajak warga dan sudah mondok di pesantren tersebut sekitar satu tahun.
“Sebelumnya anak saya itu tertutup gak pernah ngeluh justru saat ditanya diapain, jawabnya gak diapa-apain sama sekali gak terbuka tertutup,” ujarnya.
Untuk menguatkan laporan ke Porles Serang Kota pihaknya mengaku telah melakukan visum bagi korban yang diduga menjadi korban pencabulan.
“Visum sudah, sudah ketiga-tiganya (Korban), sudah visum semua,” ujarnya.
Sementara itu, Staff P2TP2A Kabupaten Serang, Laela Purnama Sari mengatakan, pihaknya sejauh ini sudah melakukan pendampingan terhadapn empat korban pencabulan itu.
“Kita bantu pendampingan hukum ke Mapolres, terus kita juga mendampingi visum ke Rumah Sakit,” katanya.
Ia mengungkapkan, sejauh ini kondisi fisikologis para korban cukp baik, hanya saja setelah mendengar pemberitaan yang sudah ramai di media sosial (medsos) membuat mereka kekhawatiran dan merasa takut.
“Kita juga melakukan pendampingan psikologis kepada anak itu, cuman pas kita pulangkan anak itu sudah ceria. Malahan pas kasusnya sekarang viral mereka jadi merasa malu dan takut,” ujarnya. (US/red)