LEBAK – Sebagai kepala keluarga yang peduli kesehatan, Joko Pitoyo (42) warga Kabupaten Lebak mengaku sangat bersyukur menjadi pengguna kartu Jaminan Kesehatan Nasiona Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Joko mengaku sudah menjadi peserta BPJS kesehatan sejak pertama kali diluncurkan oleh pemerintah, menurutnya manfaat yang diperoleh sangat banyak termasuk mendapat keringanan biaya saat melakukan perawatan di Rumah Sakit.
“Saya menggunakan BPJS mandiri kelas II banyak manfaatnya, Keluarga saya ada empat semuanya pakai BPJS,” kata Joko saat ditemui di kediamanya Kecamatan Rangkas Bitung, Kabupaten Lebak, Jum’at (14/8/2020).
Joko menceritakan, baru-baru ini ia menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan sempat di rawat inap selama lima hari di Rumah Sakit Kartini Lebak.
Selama Rawat Inap, Joko mengakui sangat terbantu karena dirinya hanya mengurus administrasi dan langsung bisa memperoleh pelayanan baik fasilitas ruangan maupun obat-obatan.
“Waktu perawatan kemarin itu kita cuma urus pendaftaran administrasi saja, selain itu kita tidak dipungut biaya sampai pulang lagi ke rumah,” tutur Joko.
Joko membayangkan, jika berobat tidak menggunakan JKN-KIS pasti kesulitan untuk mencari biaya, karena selama lima hari biaya perawatan bisa menghabiskan sekitar Rp5 sampai 10 Juta.
Joko mengungkapkan, sebelum menggunakan JKN-KIS, saat istrinya melahirkan anak pertama dirinya harus mengeluarkan biaya persalinan hingga Rp5 juta. Namun sekarang, setelah memiliki kartu JKN-KIS ia tidak perlu lagi mengeluarkan biaya karena sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
“Alhamdulilah pas ada BPJS mah kita ngga mikir ke situ (mikirin tabungan) makanya gimana caranya BPJS harus bayar untuk kebutuhan kesehatan kita,” ungkap Joko.
Prinsipnya, lanjut Joko, kesehatan merupakan nomor satu, dengan begitu perlu untuk menabung di BPJS Kesehatan melalui bayar premi sesuai ketentuan kelas BPJS Kesehatan.
“Saya sudah biasa dari orang tua saya pakai semua (Kartu JKN-KIS), bapak saya juga dari petama keluar BPJS Kesehatan sampai sekarang tetap bayar terus (preminya) meski tidak pernah dipakai, tapi kan ini untuk keperluan kesehatan kita,” tuturnya.
“Namanya kita menjaga hari tua, kita kan ngga tau nasib kita bagus atau jeleknya, makanya kalau saya selalu berpesan kepada saudara-saudara saya kalau memang mau pakai BPJS Kesehatan atuh bayar lah (preminya) istilahnya kalau bayar (tanpa BPJS) ke rumah sakit itu pasti ngga sedikit, lebih baik bayar premi BPJS,” tambahnya.
Meski begitu, Joko menginginkan seluruh rumah sakit yang bermitra dengan BPJS Kesehatan agar meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, tidak terkecuali rumah sakit di Lebak.
Saat ditanya bagaimana jika ada kebijakan pemerintah untuk menghapus BPJS Kesehatan, Joko mengakui sangat keberatan karena Program BPJS sangat dibutuhkan bagi masyarakat.
“Jangan dihapus lah, kalau memang mau hapus ya tolonglah ganti dengan program baru yang bisa melindungi masyarakat di bawah. Jangan istilah-nya BPJS dihapus tapi ngga ada penggantinya gitu, kalau ngga ada solusinya kita ini bingung mau bayar pakai apa?, kan baya sendiri sendiri berat,” ujarnya.
Kedepanya Joko berharap, agar pelayanan BPJS Kesehatan dapat berkembang lebih baik lagi dan dapat menjangkau seluruh masyarakat di pelosok-pelosok. (Adv)