CILEGON – Jumlah kasus pasien terkonfirmasi Positif Corona virus disease atau Covid-19 di Kota Cilegon dalam 2 (Dua) pekan terakhir terus mengalami kenaikan yang signifikan. Hal tersebut yang akhirnya membuat kota Cilegon masuk dan ditetapkan sebagai Zona Merah oleh Juru Bicara Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Republik Indonesia, Prof Wiku Adisasmito dalam jumpa pers yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (22/9/2020).
“Itukan masih perhitungan dari pusat karena memang ada penambahan yang cukup signifikan di dalam dua minggu ini ya, sehingga kita bisa masuk ke zona merah,” Kata Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon, dr Dana Sujaksani saat dikonfirmasi melalui telepon seluler, Selasa (22/9/2020).
Menurutnya, meski Kota Cilegon telah masuk ke dalam zona merah, namun pihaknya tetap berprinsip untuk terus melakukan upaya penekanan angka penyebaran Covid-19 di Kota Cilegon agar terus menurun. Pasalnya, kata Dia, setelah sebelumnya Kota Cilegon menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jumlah kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Cilegon alami penurunan.
“Tapi dengan PSBB kemarin, ada penurunan. Mudah-mudahan dengan pertambahan PSBB ini akan terus berkurang,” harapnya.
Sementara itu, Wali Kota Cilegon Edi Ariadi mengaku telah melakukan berbagai upaya dalam menekan guna menekan angka kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Cilegon. Mulai PSBB, kata Edi, penegakkan hukum hingga sanksi sosial.
“Laiya gimana harusnya? Aih. Kan udah PSBB, udah suruh begini suruh begitu, 3 M (Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) dan sebagainya, upaya penegakkan hukum juga kan udah, tinggal masyarakat nya kok sekarang mah. Jangan nyalahin petugas aja,” Kata Edi.
Ia juga mengatakan, tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Kota Cilegon tengah maksimal melaksanakan tugasnya. Namun, kata Dia, tinggal kerjasama dengan masyarakat untuk meningkatkan kedisiplinan.
“Jangan nyalahin gugus tugas lah, ini lah, itu lah. Kurang ini, kurang itu. Yee, udah maksimal itu. Udah pasti karena ketidaksiplinan masyarakat semua, mungkin juga industri, mungkin juga cluster yang lain, kan gitu. Banyak penyebabnya, tapi yang pasti mah protokol nya dipake dikuti,” pungkasnya.
(Firasat/red)