Oleh : Anida Shalsabila
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Upacara adat ruwatan bumi di Desa
Kepuren, Kecamatan Walantaka, Kota
Serang merupakan kegiatan yang telah berlangsung secara turun-menurun dan diwariskan oleh nenek moyang masyarakat
di wilayah ini. Belum diketahui sejak kapan
pastinya tradisi ruwatan bumi ini dilakukan, namun tradisi ruwatan bumi ini sudah mulai berkembang sejak tahun 1951 sampai saat ini. Di Desa Kepuren ini, ruwatannya bernama ruwatan bumi yang bertujuan untuk membersihkan bumi Kepuren dari marabahaya sekaligus ungkapan rasa syukur atas segala limpahan hasil bumi.
Upacara adat ruwatan bumi di Desa
Kepuren, Kecamatan Walantaka, Kota
Serang ini dilaksanakan setiap delapan tahun sekali, karena masyarakat Desa Kepuren mempercayai bahwa perputaran alam terjadi setiap satu windu dan selalu meriah setiap pelaksanaannya. Ada faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Kepuren terus melestarikan kegiatan tersebut di tengah era globalisasi yang menuntuk untuk orang untuk berpikir logis daripada berpikir mistis
yaitu;
1). Bentuk ungkapan rasa syukur
terhadap yang maha kuasa ata segala nikmat yang telah diberikannya,
2). Bentuk menjaga serta melestarikan tradisi budaya yang sudah ada dari dahulu. Di sisi lain, tradisi ruwatan bumi ini juga memiliki fungsi sebagai pengingat kepada generasi sekarang tentang warisan budaya yang didalamnya memiliki makna serta membangun hubungan kekeluargaan dan kebersamaan antara masyarakat di Desa Kepuren.
Sistem upacara religious bertujuan
mecari hubungan manusia dengan Tuhan,
dewa-dewa atau makhluk halus yang
mendiami alam gaib. Sistem upacara adat
merupakan wujud kelakuan dari religi.
Dimana upacara terdiri dari kombinasi dari macam unsur upacara, seperti misalnya:
berdoa, bersujud, bersaji, berkorban, makan bersama. Dapat diperjelas bahwasannya setiap unsur yang terkandung dalam upacara selalu diadakan sebagai syarat atau perlengkapan disetiap penyelenggaraan
upacara adat.
Kegiatan tradisi ruwatan bumi di
Desa Kepuren, Kecamatan Walantaka, Kota
Serang ini dilaksanakan setiap delapan tahun sekali. Tradisi ruwatan bumi ini
dilaksanakan di makam yang terdapat tanah lapang yang cukup luas sampai dengan di pekarangan rumah sesepuh masyarakat Desa Kepuren. Meskipun dilaksankan di Desa Kepuren tetapi yang mengikuti tidak hanya masyarakat Desa Kepurennya saja, luar desa, luar kecamatan, bahkan luar kota pun turut serta hadir dalam acara tradisi ruwatan bumi ini. Tradisi ruwatan bumi ini diikuti oleh seluruh masyarakat dari anak kecil, remaja, dewasa bahkan orang tua.
Proses pelaksanaan ruwatan bumi ini
meliputi, doa bersama, pemotongan dua
ekor kerbau yang nantinya akan dimakan
bersama-sama. Pemilihan dua ekor kerbau
itu sendiri memiliki makna yakni karena
manusia yang pertama kali ada di bumi
adalah Adam dan Hawa. Penguburan kepala kerbau juga dilakukan sebagai bukti kepada bumi bahwa masyarakat Desa Kepuren telah melakukan tradisi ruwatan bumi ini sebagai bentuk rawat bumi serta rasa syukur terhadap yang maha kuasa.
Selain doa bersama dan pemotongan
dua ekor kerbau tadi, proses pelaksanaan
ruwatan bumi juga meliputi kendang silat,
setelah itu akan disambung dengan
digelarkannya gendingan menabuh lumpang sambil sholawatan. Menabuh lumpnang sambil sholawatan ini juga memiliki arti untuk mengusir jin-jin yang ada di Desa Kepuren serta menghindarkan Desa Kepuren dari malapetaka, serta juga menjadi pengingat untuk masyarakatnya
bahwasannya tradisi ruwatan bumi ini akan terus dilaksanakan setiap delapan tahun sekali. Dan terakhir dilanjutkan dengan wayang golek berisi tentang cerita “Ruwat Bumi” sebagai penutup.
Dampak ruwat bumi ini terhadap
masyarakat Desa Kepuren adalah
masyarakat jadi merasa lebih tentram dan
lega karena merasa tuntas menunaikan
kewajibannya untuk melaksanakan tradisi
ruwat bumi ini. Selain itu masyarakat juga
jadi lebih mendalami makna rasa syukur
yang sebenarnya sehingga senantiasa selalu membuat masyarakat Desa Kepuren
bersyukur atas apa yang didapatkan, atas apa yang telah Allah SWT beri, dan atas
terhindarnya bumi Desa Kepuren dari
marabahaya. Selain itu, dengan adanya tradisi ruwat bumi ini, kerukunan masyarakat Desa Kepuren dapat terjalin dengan baik, mengedepankan kebersamaan, memiliki rasa toleransi yang tinggi antar sesama mahkluk hidup serta agama, karena yang hadir dalam kegiatan ruwatan bumi ini bukan hanya masyarakat muslim Desa Kepuren saja namun siapapun boleh ikut serta dalam kegiatan ini. Selain itu, ruwatan bumi ini juga membuat masyarakat sadar akan pentingnya merawat lingkungan sekitar.