PANDEGLANG – Eko Supriatno sebagai juru bicara pasangan calon (Paslon) Thoni-Imat, mengungkapkan bahwa dalam gelaran debat publik pertama di Kompas TV Calon Bupati/Wakil Bupati Pandeglang, pasangan calon nomor urut 2, Thoni-Imat, dinilai lebih memahami substansi debat.
Dia menjelaskan berbagai isu-isu strategis yang berhubungan dengan upaya birokrasi, insfrastruktur, kemudian tentang konsep kesejahteraan dan stunting, sangat dikuasai Paslon Thoni-Imat.
Kemampuan Thoni-Imat diluar dugaan tampil tenang, bersahaja, dan mampu melahap semua segmen.
Berkat kepiawaiannya dalam memaparkan program prioritas, Thoni-Imat dinilai berhasil unggul atas petahana. Kritikan untuk kegagalan selama lima tahun disampaikan elegan namun langsung menyasar substansi yang membuat paslon nomor urut 1 yaitu Irna-Tanto terbata dan memberi jawaban keluar dari substansi.
Bahkan kegugupan Irna-Tanto terlihat ketika ditanya terkait “Box Bayi” dan rangkaian kegagalannya selama memimpin lima tahun terakhir. Ditanya Box Bayi, Irna yang semula sumringah mendadak pasang Muka ‘Kecut’ dan Baper.
Dalam debat ini ,Thoni mengutip data Bappeda Pandeglang terkait realisasi program kerja Irna-Tanto selama mempinpin. Contohnya, Thoni menyoal tidak ada investasi ke Pandeglang. “Data dari Bappeda Pandeglang, ada 5 dari 11 indikator pembangunan yang belum tercapai seperti IPM, prosentasi penduduk miskin, jalan rusak berat belum tuntas.
“Kemiskinan Pandeglang masih tertinggi di Banten yaitu 9,4 persen. Begitu juga pengangguran masih tinggi. Terjadi disparitas antara Utara dan Selatan sehingga investasi ke Pandeglang 0 persen. Saya juga menanyakan program box bayi yang dulu dijanjikan ternyata tidak realisasi,”
Debat Pilkada Pandeglang memanas begitu sesi pertanyaan yang diajukan masing-masing pasangan calon. Pasangan Thoni Fatoni Mukson-Miftahul Tamami langsung membeberkan sederet yang ia anggap kegagalan saat masa kepemimpinan Irna Narulita-Tanto Arban.
Thoni membeberkan indeks data bahwa 2019 salah satunya tidak ada satu pun investor masuk ke Pandeglang baik dalam dan luar negeri, RPJMD 2016-2021 tak tercapai, Indeks Pembangunan Manusia rendah, persentase penduduk miskin tertinggi, wisatawan menurun sampai jalan rusak. Ia juga menyebut ada program box bayi yang tak pernah dijalankan padahal itu janji kampanye Irna-Tanto di periode sebelumnya.
“Nol persen tidak didatangi investor karena tidak punya daya Tarik apapun,” kata Thoni, Senin (23/11/2020).
Namun, Cabup Nomor Urut 1 Irna Narulita membantah semua yang disampaikan Thoni. “Kalau petahana bicara data bukan bicara mimpi. Baca di website kami. Hanya wisatawan yang menurun karena bencana tsunami dan Covid-19. Yang lainnya naik. Box bayi ini diberikan, masuk di Jampersal. Ada 1000 masalah di Pandeglang dan 600 sudah kami tuntaskan,” pungkas Irna.
Menanggapi hal itu, Juru Bicara Eko Supriatno, menilai paslon usungannya dalam proses debat telah memperlihatkan sesuatu yang menjadi harapan masyarakat.
“Terlihat betapa kikuknya seorang petahana di depan khalayak pasang mata saat “mata gaya” untuk menjawab “Box Bayi”. Ujar Eko.
“Irna-Tanto memang harus mempertanggungjawabkan semua pernyataan bombastisnya yang membuat masyarakat memilih dirinya pada periode yang lalu. Bagaimana tidak memilih Irna-Tanto untuk dijadikan sebagai Bupati jika sejak awal dirinya telah menjual Visi melalui transformasi harmoni agrobisnis, maritim bisnis dan wisata bisnis menuju rumah sehat dan keluarga sejahtera 2020. dan puluhan umbaran janji-janji manis dan masyarakat Pandeglang memakan janji tersebut”. Ungkap Eko.
Eko menambahkan “Sangat patut dan seharusnya Irna-Tanto untuk menangguk konsekwensi saat Thoni-Imat atas nama penantang menggunakan kembali atribusi sebagai “mewakili masyarakat Pandeglang menagih janji”.
Eko menambahkan, ada beberapa catatan kritik tentang debat kemarin
Pertama, Petahana terlalu banyak Desepsi (Kebohongan) dan Janji Politik. Karena beberapa program kerja dan janji politik petahana banyak yang tidak terlaksana, hingga perlu ditagih kembali agar janji itu bukan hanya pemenuhan narasi politik ketika melontarkan gagasan yang telah disampaikan kepada publik. Berdasarkan teori desepsi biasanya mereka memakai manipulasi pesan dan pesannya mengandung kebohongan.
Ada tiga strategi atau cara yang dilakukan dalam upaya mengirim pesan untuk berbohong kepada penerima pesan, yaitu; (a) falsification (pemalsuan), (b) concealment (menyembunyikan kebenaran), (c) equivocation (mengaburkan). Kata yang dipakai biasanaya “ini perlu dibenahi. Selanjut, kita tuntaskan”.
Kedua, Petahana selayaknya mengakui disamping prestasi yang diraih (walaupun dalam bentuk penghargaan), perlu juga menyampaikan pada akhir masa jabatan ada capaian yang tidak bisa dicapai karena dengan alasan yang rasional dan dapat diterima logika publik. Jika janji politik yang “diproklamirkan” sejak awal tidak diungkapkan dengan terbuka dan transparan.
Box bayi adalah gambaran satu saja rekaman publik dan rekaman media massa, program yang gagal dilaksanakan menjadi aroma ketidakberhasilan Irna-Tanto dalam mengimplementasikan janji politiknya kepada warganya. Aataukah “mabuk” dengan euphoria perhargaan yang miskin makna, sehingga program yang sangat subtansial hanya sukses sebagai wacana yang ada dipikirannya.
Ketiga, Soal Kebutuhan Pandeglang: Pandeglang Butuh Kehidupan dan Jalan yang bagus, Bukan Pembangunan Mall Pelayanan Publik dan WTP semata. Masalah infrastruktur menjadi masalah yang perlu perhatian khusus, karena yang menjadi ketimpangan dan kesenjangan antar wilayah di Provinsi Banten yaitu dari infrastrukturnya “Kalau ada yang menganggap bahwa membangun infrastruktur itu tidak penting, mungkin karena mereka tidak tahu bahwa Petahana tidak pernah blusukan ke Cegog, Leuwibalang, Cibitung, dll.
Thoni-Imat menegaskan, pembangunan infrastruktur Pandeglang sangat penting untuk menopang perekonomian. Infrastruktur adalah modal dasar Pandeglang untuk bersaing dengan daerah-daerah di Indonesia. Pembangunan infrastruktur dinilai menjadi salah satu kunci agar Pandeglang bisa menjadi kabupaten maju dan bisa mengejar ketertinggalan dibandingkan dengan daerah lain. Buruknya infrastruktur, merupakan salah satu penyebab ketertinggalan masyarakat Pandeglang di bidang sosial dan ekonomi.
Untuk diketahui, tema utama dalam agenda debat publik yakni “Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Daerah serta Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat dan Strategi Penanganan Covid-19”.
“Dan saya menyimpulkan, skor tadi (debat) 2-0,” ucap Eko.
“Tapi tetap kita akan melakukan evaluasi terkait pelaksanaan debat kemarin,” pungkas Kang Eko. (Red)