SERANG – Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kibin, Euis mengaku, pohaknya pihaknya telah melakukan pendalaman identifikasi dan penelusuran baik mendalami informasi petugas KPPS, PTPS dan orang-orang sekitar lokasi seperti di dalam video viral tersebut.
“Kita tidak ada laporan, kita dapat hanya video yang viral yaitu video dari tangan ke tangan. Atas dilihatnya video tersebut, kita melakukan identifikasi ke lapangan. Kemudian kita tanya orang yang berada di video tersebut, karena kita pun mencari tahu siapa saja yang ada di video selain Iwan,” Ujar Eius saat dikonfirmasi, Rabu (9/12/2020) malam.
Video dugaan politik uang yang tersebar luas, dikatakan Eius, bukti informasi awal dimana temuan itu akan disampaikan kepada Bawaslu Kabupaten Serang.
“Kalau memang benar telah terjadi money politik, kita tidak berhak menindaklanjuti di Kecamatan. Karena yang berhak, apabila itu pidana, di Gakkumdu. Jadi kita tetap proses administrasinya di sini, lalu kita sampaikan ke Gakkumdu,” ungkapnya.
Untuk membuktikan informasi awal, Eius mengaku, telah melakukan klarifikasi serta memanggil KPPS, hasilnya, kata dia, seluruh pihak yang dipanggil tidak ada yang mengetahui, karena memang kejadiannya di luar TPS.
Selain itu, Eius pun mengakui telah mengklarifikasi kepada ibu-ibu yang berada dalam video tersebut.
“Yang kita lihat ibu itu menyatakan bahwa dia jualan gorengan, lalu ditawarkan ke Iwan Rp150 ribu semuanya diborong untuk KPPS. Tapi Iwan menawar Rp100 ribu, tapi karena KPPS nya nggak pada mau, jadi tidak jadi dibeli,” terangnya.
Begitu informasi yang didapat dari salah satu ibu yang bernama Masturah. Ibu lainnya yang ia temui, mengaku tidak mendapatkan apapun dari Iwan, apalagi uang.
“Hanya dia mau mencoblos, kebetulan di situ ada Iwan,” jelasnya.
Kalau iwan sendiri, Euis mengaku belum bertemu, meski sudah berupaya untuk mencari agar dapat dilakukan identifikasi. Di lokasi tersebut, Iwan disebut sebagai pemilih saja, bukan sebagai siapa-siapa.
“Kalau dari KPPS, mengaku memang ada yang mengatakan bahwa ada yang menawarkan mau gorengan apa enggak. Orang-orang KPPS itu menolak, makanya ngga jadi dibeli gorengannya. Saya sinkronkan dengan jawaban ibu yang tadi,” tutupnya, (jen/red)