SERANG – Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi kedelai terbesar di dunia, tak heran jika kebutuhan kedelai terus meningkat sebagai bahan baku pengolahan bagi tempe dan tahu. Pasalnya, kedua makanan tersebut sebagai makanan andalan di seluruh daerah di tanah air temasuk di wilayah Banten.
Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten, Agus M Tauchid mengatakan, Kebutuhan kedelai untuk industri tahu tempe di Banten per tahun mencapai angka 44,713 Ton dengan rincian Kabupaten Serang, Kota Serang dan Kota Cilegon sekitar 21,900 ton. Tanggerang Selatan 13,688 Ton, serta Kabupaten Kota Tanggerang 9,125 Ton.
“Produksi Banten tahun 2020 sangat kecil data yang kami dapat hanya menghasilkan 834 Ton kedelai, berarti kami hanya mampu memenuhi 1,8 persen dari kebutuhan total banten 44,713 ton,” kata Agus di kantor Distan Banten, KP3B, Curug, Kota Serang, Jumat 7 Januari 2021.
Sehingga, dikatakan Agus, suka ataupun tidak selama ini harus diakui bahwa kebutuhan sebagai bahan baku tahu tempe di Banten hampir dipenuhi oleh impor.
“Kenapa Impor?, Impor itu kan bijinya gede, sementara kedelai lokal Indonesia bijinya kecil, Nah kedelai lokal banten kurang disukai oleh produsen bahan baku tempe,” terangnya.
Agus menjelaskan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan produksi kedelai di banten kurang diminati, pertama rendahnya minta petani banten untuk menanam kedelai. “Karena lagi-lagi harga juga, ini harga jual kedelai lokal rendah sekali,” ujarnya.
“Bisa dibayangkan kalau harga perkilogram kedelai ditingkat petani masih dihargai dinawah 5 Ribu mohon maaf petani tidak berminat,” imbuhnya.
Selain itu, ujar dia, budidaya kedelai lebih rumit dibandingkam dengan jagung, karena tingkat penyebaran penyakit hama pada kedelai sangat tinggi.
“Nah produktifitas perhektar hasil kedelai di Banten ini rendah 1,2 sampai 1,5 ton per tahun,” katanya.
Lebih lenjut Agus menegaskan, kedelai merupakan tanaman asli sub tropis, bukan tanaman asli Indonesia sehingga tidak cocok jika ditatam di tanah Indonesia.
“Kalau di daerah aslinya kedelai bisa panenen pada umur 6 bulan dengan biji besar, tapi kalau di Indonesia bisa sampai 4-6 bulan mudah singkat panen dengan ukuran kecil,” ungkap Agus.
Oleh sebab itu, pihaknya akan melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak agar kedelai asli Banten dapat dijadikan sebagai bahan baku produksi tempe dan tahu di tanah Jawara. (Jen/red)