SERANG, – Para penyanyi jalanan atau kerap disebut pengamen berupaya untuk melawan stigma negatif yang melekat pada diri mereka, dengan membangun rumah singgah dan sekolah jalanan. Di tempat itu, mereka menggelar pendidikan kesetaraan Paket B dan C bagi para penyanyi jalanan yang ada di Kota Serang.
Pembina Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Kota Serang, Irfan Hadiana, mengatakan bahwa pembentukan rumah singgah dan sekolah jalanan tersebut merupakan karya nyata yang dilakukan oleh para pelaku seni jalanan, dalam meningkatkan kualitas anggota-anggotanya.
“Pembentukan rumah singgah dan sekolah jalanan ini merupakan karya nyata kami, dengan melakukan penjualan baju-baju Alhamdulillah kami bisa menyewa tempat ini. Meskipun memang masih belum lunas,” ujarnya usai peresmian rumah singgah dan sekolah jalanan yang berlokasi di belakang Terminal Pakupatan, Rabu 17 Februari 2021.
Ia mengatakan, saat ini pihaknya menunggu itikad baik dari pemerintah untuk dapat memperhatikan para pelaku seni jalanan yang ada di Kota Serang. Sebab menurutnya, selama ini pemerintah terkesan melakukan pembiaran atas ‘dunia jalanan’ yang terjadi, khususnya di Kota Serang.
“Kami ingin pemerintah memiliki sense of belonging, dan tidak melakukan pembiaran terhadap apa yang terjadi di jalanan. Karena pada dasarnya KPJ Kota Serang ingin berubah, KPJ Kota Serang ingin lebih baik lagi,” terangnya.
Dalam menggelar sekolah jalanan, Irfan mengatakan bahwa pihaknya bekerjasama dengan PKBM Maju Bersama yang ada di Kabupaten Pandeglang. Ia menjelaskan, pihaknya menggandeng PKBM dari Pandeglang lantaran di Kota Serang tidak ada PKBM yang bersedia untuk bekerjasama secara gratis.
“Kami dua bulan mencari PKBM yang bisa bersinergi dan mungkin tanpa ada biaya itu tidak ada di Kota Serang. Namun ternyata dari PKBM Maju Bersama asal Pandeglang siap untuk bersinergi tanpa biaya. Ini menjadi ironi sebenarnya, namun kami mengapresiasi dan KPJ Kota Serang akan bekerjasama dengan mereka yang tidak pura-pura peduli,” ungkapnya.
Untuk para peserta sekolah jalanan, ia menuturkan bahwa untuk rombongan pertama akan ada 39 peserta didik. Dari 39 peserta didik itu terbagi menjadi dua tingkatan yakni Paket B dan C.
“Itu untuk rombongan pertama yang akan ikut program pendidikan kesetaraan. Kalau untuk secara keseluruhan, kami memiliki anggota potensial sekitar 390 orang yang tersebar di 8 titik mengamen,” pungkasnya (jen/red)