SERANG – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, faktor terbesar tingginya angka kematian ibu melahirkan di Indonesia diakibatkan nikah muda serta mengidap Anemia.
Menurut Hasto, Orang yang mengidap anemia, biasanya kondisi Hemoglobin (Hb) darahnya rendah. Pada saat proses melahirkan, biasanya seorang ibu mengalami pendarahan antara 200-300 cc.
“Orang yang Hb-nya rendah atau anemia, begitu pendarahan 300 cc rahimnya tidak bisa kontraksi, lalu mengalami breading lebih besar lagi, sehingga kemudian terjadi kematian karena pendarahan,” Ujar Hasto seusai acara gerakan pencanangan stanting di Provinsi Banten, Senin (22/3/2021) kemarin.
Hasto memandang, Di Indonesia sendiri, angka kematian ibu dari data tahun 2015 masih cukup tinggi dengan 305 per 100.000 penduduk dan angka kematian bayi pada tahun 2017 sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup.
Dikatakan Hasto, Selain faktor Anemia, faktor nikah di usia muda juga turun menjadi penyumbang kematian ibu melahirkan di Indonesia.
“Ketika ada kasus perempuan usia 15 tahun akan melahirkan, itu kepala bayinya tidak bisa keluar karena panggul si ibunya masih terlalu kecil. Sehingga kemudian bayinya meninggal, ibunya juga sama,” Katanya.
Sebab itu, Hasto menekankan untuk mengurangi angka kematian ibu melahirkan, bagi pasangan yang akan nikah diwajibkan melakukan pemeriksaan Hb.
Karen hampir 43 persen ibu-ibu yang hamil di Indonesia, mengidap anemia. Apalagi, hampir di setiap daerah angka anemia yang terjadi pada perempuan yang sudah nikah mencapai 30 persen.
“Oleh karena itu, kami tekankan agar semua ibu hamil harus didampingi. Karena kematian ibu dan bayi di sini masih tinggi makanya kuncinya semua ibu hamil harus didampingi,” tegasnya. (Jen/red)