Oleh: Rafida Aulya Rahmi
(Mahasiswi UIN Banten)
Detik-detik menyambut bulan suci Ramadan, umat muslim mulai disibukkan dengan ibadah, semakin memperketat ketakwaan kepada Allah Swt. Umat muslim mulai disibukkan dengan kebaikan dan membersihkan jiwa dari nafsu. Tentu ini adalah aktifitas yang seharusnya umat muslim lakukan. Apalagi dalam menyambut bulan suci Ramadan, Allah memberikan bonus pahala yang luar biasa baik amalan wajib maupun sunnah.
Aktifitas ini dimulai sejak masuknya bulan Sya’ban, bulan Syakban adalah bulan yang terjepit, di antara dua bulan yang luar biasa, bulan suci (haram) Rajab, dan bulan agung (adhim) Ramadhan, maka tak jarang bulan ini pun terlewatkan. Syakban telah menjadi gerbang yang akan mengantarkan kita memasuki Ramadan. Karena Ramadan adalah bulan dibukanya pintu-pintu surga, sebagaimana disabdakan Nabi ﷺ, maka Syakban merupakan gerbang menuju pintu-pintu surga yang dijanjikan. Oleh karena itu, siapa saja yang merindukan masuk surga melalui pintu-pintunya, Syakban adalah momentum untuk mengetuk pintu-pintu itu.
Ketuklah sekuat-kuatnya pintu-pintu surga itu dengan ketaatan, dengan memohon ampunan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketuklah pintu surga dengan ketundukan dan bersimpuh di hadapan-Nya, kita pun tidak akan pernah meninggalkannya, hingga Dia ampuni dosa-dosa kita, sambil terus berucap, “Ya Allah, hamba tak kan pernah meninggalkan pintu-Mu, sebelum Engkau mengampuni dosa-dosa hamba.”
Ketuklah pintu-pintu surga itu dengan puasa, salat, dan qiyam lail, saat orang terlelap dalam tidurnya. Ketuklah pintu-pintu surga itu dengan terus berharap, memohon, dan berdoa kepada-Nya.
Oleh karena itu, bergembiralah dalam menyambut bulan suci Ramadan. Bulan penuh ampunan, bulan kemuliaan. Allah turunkan rahmat sebanyak-banyaknya bagi hambaNya yang ingin bertaubat. Allah bukakan pintu taubat selebar-lebarnya untuk hambaNya yang sudah berpaling dari ajaranNya, untuk hambaNya yang telah menduakan ajaran RasulNya, meninggalkan syariatNya demi nafsunya, melelangkan agama demi kekuasaan.
Ditengah pandemi yang belum kunjung reda dan derita umat makin berkepanjangan setelah 100 tahun tiada kepemimpinan Islam maka Ramadan tahun ini harus lebih ‘istimewa’ dalam perjuangan
menyiapkan diri untuk mengarahkan energi selama Ramadan untuk lebih utuh memahami Islam dan menebar kesadaran memperjuangkan tegaknya Islam kaffah. Wallahu A’lam.