PANDEGLANG, – Muhamad Fudhori (29) ditahun ini sering mengalami kelelahan yang berlebih, puncaknya usai mengikuti kegiatan di tempat kerjanya ia sempat di rawat selama satu minggu di klinik terdekat.
Setelah menjalani pemeriksaan, dokter mendiagnosis bahwa benjolan besar di leher bagian belakang pria asal Pandeglang, Banten ini adalah kanker kelenjar getah bening kategori jinak yang menjadi sumber masalah dirinya sering mengalami jatuh sakit.
Fudhori pun sempat tidak percaya. Apalagi, dia tidak merasakan sakit di lehernya dan cukup menjaga kesehatan karena rajin berolahraga.
Namun menurut dokter, penyakit tersebut bisa diakibatkan karena pola makan, terutama kebiasaan mengonsumsi penyedap rasa yang ada di jajanan.
Namun Fudhori masih belum percaya dan memeriksakan lehernya ke beberapa dokter lain.
Bahkan, dia juga sempat memeriksakan penyakitnya ke pengobatan alternatif. Namun setelah mendapatkan berbagai saran dari keluarga akhirnya Fudhori pun setuju untuk dioperasi. Dirinya dioperasi di Rumah Sakit RS Bhayangkara Polda Banten yang berada di Kota Serang.
Fudhori mengaku sempat mengkhawatiran soal biaya operasi. Namun temannya merekomendasikan dia untuk mendaftar program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
“Dulu sempat punya BPJS Kesehatan dari pabrik pas kerja di salah satu pabrik di Cikande Modern, Kabupaten Serang, dari situ udah gak aktif lagi dan harus buat lagi. Untuk saat sekarang mandiri kelas dua,” ujarnya.
Awalnya, Fudhori sempat ragu-ragu karena beredar kabar bahwa pelayanan rumah sakit yang menggunakan BPJS Kesehatan tidak maksimal. “Tapi alhamdulillah semuanya berjalan baik. Dari berobat sampai operasi tidak keluar biaya sepeser pun,” terangnya.
Bila memakai uang sendiri, Fudhori memperkirakan biayanya bisa lebih dari Rp 10 juta. Hal itu diketahui setelah istrinya diberi tahu oleh salah satu petugas dari rumah sakit biaya operasi dan perawatan jika tidak menggunakan JKN KIS.
Sehari-hari, Fudhori berprofesi sebagai Offfice Boy di salah satu instansi di Provinsi Banten, hanya dari gaji itu dirinya dan istri mengandalkan kebutuhan hidupnya.
“Susah kalau ditanya pendapatan, karena gak seberapa, tapi Alhamdulillah kita syukuri ajah,” terangnya.
Ia mengaku, istrinya pun terkadang membantu kebutuhan dapur dengan mencari tambahan lain dengan berjualan di rumah mertuanya. “Karena kita belum dikaruniai anak, makanya istri kadang bantu-bantu tetehnya berjualan jajanan anak-anak untuk tambah biaya dapur,” ujarnya.
Fudhori mengaku dirinya sangat terbantu dengan adanya Program JKN, karena bukan saja dirinya yang sering mendapatkan manfaat, namun juga istrinya untuk memeriksa kesehatan.
“Sama istri saya juga sering banget berobat karena fisiknya yang tidak bisa kalau kecapean, tapi Alhamdulillah kalo istri belum pernah operasi dan mudah-mudahan tidak pernah,” ujarnya.
Fudhori mengaku, dirinya memilih untuk tertib membayar iuran JKN ketimbang harus mendapatkan perawatan atau menjalani operasi seperti yang belum lama ini ia lakukan.
“Saya dan keluarga lebih baik diberikan kesehatan dan tetap membayar iuran rutin setiap bulan ketimbang harus merasakan fasilitas JKN-KIS dengan diberikan cobaan penyakit. Mudah-mudahan kita semua selalu diberikan kesehatan, Aamiin,” pungkasnya.
Sementara itu, Imas istri Fudhori mengaku kaget ketika suaminya akan hendak di operasi. Menurutnya biayalah yang menjadi beban pikirannya ditengah keadaan ekonomi yang pas-pasan.
Namun setelah mendengar penjelasan dari petugas rumah sakit jika semua biaya di tanggung BPJS Kesehatan. Ia merasa lega dan berharap suaminya bisa sehat seperti sediakala.
“Alhamdulillah semua lancar, pelayanan nya juga baik, suster dan dokternya ramah, interaktif lagi, kamu seperti berada di rumah. Karena petugas medis yang humble,” pungkasnya. (ADV)