PANDEGLANG, – Deni Koswara menjadi saksi perjuangan sang paman Engkos kosasih (46) dalam melawan penyakit yang dideritanya hingga ia harus menghembuskan nafas terakhirnya di RS Fatmawati Jakarta pada 16 Juni 2024 lalu.
Saat ditemui dikediamannya usai kegiatan kirim doa untuk almarhum, Deni menceritakan betapa tabahnya sang paman dalam berjuang hidup melawan penyakitnya.
Pria yang tinggal di Kampung Cikaung, Kelurahan Kabayan, Kelurahan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang itu mengatakan jika pamannya memiliki riwayat penyakit pada paru-paru, ginjal dan tumor.
Deni mengaku, gejala awal pamannya sering merasa mudah lelah, susah tidur, dan kadang mengalami sakit punggung. Setelah diperiksakan ke dokter, pamannya didiagnosa mengalami masalah pada ginjal.
Namun karena merasa sehat dan mampu beraktivitas almarhum tak menghiraukan peringatan dokter untuk terus cek up kesehatan. Bahkan ia kembali bekerja ke luar daerah di salah satu pabrik di Tangerang.
Kemudian, tak lama kemudian Deni mendengar pamannya jatuh sakit bahkan terbilang kritis. Ketika dibawa pulang dan diperiksakan akhirnya sangpaman dirujuk karena harus menjalani operasi.
Namun karena kondisi fisiknya yang masih lemah maka Paman Deni harus mendapatkan perawatan intensif terlebih dahulu. “Karena kondisi fisiknya sangat lemah maka kata dokter tidak bisa langsung di operasi, harus di rawat dulu. Saya satu Minggu menjaganya sebelum operasi,” tuturnya.
Deni menceritakan penyakit yang bersarang di tubuh pamannya itu disebabkan karena pola makan dan hidup tidak sehat. Konsumsi kopi dan roko yang berlebihan serta sering tidur terlalu larut malam dinilai menjadi salah satu pemicunya.
“Iya kata istrinya itu katanya mungkin dari pola hidup dan makanan yang kurang sehat, selain itu kan juga suka begadang mungkin dari itu penyebabnya,” tuturnya.
Deni mengaku, awalnya keluarga sempat khawatir dengan biaya pengobatan yang akan dikeluarkan oleh almarhum. Namun setelah mendapatkan penjelasan dari rumah sakit jika seluruh biaya akan ditanggung oleh BPJS Kesehatan, maka pihak keluarga merasa lega dan tenang.
Almarhum yang terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan ditanggung oleh perusahaan dimana tempat ia bekerja.
“Kalo gak ditanggung BPJS Kesehatan mungkin bisa ratusan juta kali, karena hampir satu bulan almarhum dirawat sebelum mau di operasi,” tuturnya.
Deni mewakili keluarga mengaku sangat terbantu dengan program JKN dari BPJS Kesehatan tersebut. Menurutnya JKN merupakan program yang wajib diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai jaminan kesehatan.
Menurutnya, selama ia menemani protes pengobatan sang paman ia tidak menemukan sedikitpun pelayanan yang kurang baik. Menurutnya seluruh pelayanan kesehatan yang diberikan sangat memuaskan.
“Awalnya ada pikiran, kalo pasien BPJS Kesehatan itu dibedakan pelayananya dengan pasien umum. Tapi setelah mengalami sendiri, Alhamdulillah semua pelayanan sangat baik dan memuaskan,” ungkapnya.
Ia juga mengaku tidak mengeluarkan biaya sepeserpun dalam pengobatan pamannya itu. Ia berharap BPJS Kesehatan dapat terus eksis dan menjadi solusi bagi masyarakat dalam mendapatkan jaminan kesehatan.
“Tidak bisa dibayangkan keluarga harus mengeluarkan biaya berapa untuk pengobatan paman saya, karena bukan sekali saja di rawat, sudah sangat sering. Tentu dengan adanya BPJS Kesehatan sangat membantu masyarakat,” ungkapnya.
“Alhamdulillah di sini juga banyak yang mendapatkan bantuan dari BPJS Kesehatan, untuk kartu kepesertaannya berupa Kartu Indonesia Sehat (KIS) nya dibiayai oleh pemerintah, semoga bantuan untuk masyarakat miskin dapat merata sampai pelosok,” harapnya. (ADV)