PANDEGLANG, – Asep Rofiuddin Mahmud (25) merupakan satu dari jutaan masyarakat Indonesia yang sudah merasakan manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan program dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Pemuda yang tinggal di Kampung Cikaung, Kelurahan Kabayan, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten itu belum lama ini menjalani Operasi Tumor Parotis atau Kelenjar Getah Bening di Rumah Sakit (RS) Sari Asih Serang.
Tumor parotis adalah tumor yang muncul di kelenjar ludah parotis dan tidak ganas. Tumor jinak parotis dapat menimbulkan gejala berupa benjolan di pipi atau rahang bawah, tetapi tidak terasa sakit
Pria yang bekerja sebagai honorer di salah satu sekolah di Kabupaten Pandeglang ini kepada wartawan mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah menyangka dapat terjangkit Tumor Parotis/Kelenjar Getah Bening, karena ia merasa telah menjalani pola hidup sehat.
“Saya juga awalnya tidak menyangka, karena awalnya tidak terasa efek apapun selama bertahun-tahun, tiba-tiba sudah ada benjolan dibagian antara rahang dan leher,” ujar pria yang akrab disapa Rofi itu.
Usai menyadari adanya penjolan di lehernya Rofi segera memeriksakan kepada dokter dan ternyata berdasarkan diagnosa di lehernya tersebut terdapat tumor parotis yang harus dilakukan operasi.
Sebelum menjalani operasi, Rofi juga sempat melakukan treatment pengobatan tradisional yang disarankan oleh keluarganya.
“Karena saya tidak meroko, kemudian juga saya rasa sudah menjalani pola hidup sehat, tapi setelah diperiksakan ke dokter katanya benjolan itu tumor, kaget saya,” kata Rofi.
Untuk diketahui, tumor parotis disebabkan oleh mutasi atau perubahan pada gen di sel-sel kelenjar parotis. Mutasi ini menyebabkan sel-sel kelenjar parotis membelah dengan cepat dan terus-menerus.
Penyebab terjadinya mutasi gen tersebut belum diketahui dengan pasti.
Namun, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita tumor parotis, yaitu Usia, Paparan radiasi, Paparan senyawa kimia, Infeksi virus, Kebiasaan merokok, Penggunaan telepon seluler dan Obesitas
Rofi mengaku, selama menjalani operasi selama dua hari dua malam ia mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan. Menurut Rofi, dirinya tidak membedakan pelayanan kesehatan meskipun dirinya menggunakan fasilitas kesehatan JKN.
“Pelayanannya bagus dan tidak dibeda-bedakan dengan pasien umum, dan semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan, Alhamdulillah semua gratis, tidak keluar biaya sepeserpun,” tuturnya.
Rofi yang terdaftar sebagai peserta JKN-KIS kelas satu mengaku sering menggunakan fasilitas JKN di fasilitas kesehatan (faskes) pertamanya di Klinik Dr. Agus- Samaboa. Ia menilai menjadi peserta JKN merupakan suatu kewajiban sebagai penjamin kesehatan.
“Untung ada BPJS Kesehatan, kalau gak pake kartu BPJS Kesehatan wah lumayan kan biaya operasi dan pengobatannya, belum lagi kalo sakit-sakitan. Maka saya rasa kita wajib sih jadi peserta JKN,” ungkapnya.
Rofi berharap JKN sebagai program BPJS kesehatan dapat terus eksis dan hadir memberikan pelayanan kesehatan bagi seluruh kalangan masyarakat terutama di Kabupaten Pandeglang.
Selain itu Robi juga berharap JKN dapat terus memperbaiki pelayanan dan inovasi-inovasi dalam memberikan akses dan sarana pelayanan kesehatan hingga ke pelosok desa di Kabupaten Pandeglang.
Saat ditanya jika BPJS kesehatan dibubarkan, menurutnya hal tersebut tentu akan menjadi masalah besar dan akan memberatkan masyarakat terutama di kalangan menengah ke bawah.
“Di Pandeglang kan angka kemiskinannya cukup tinggi kalau BPJS kesehatan dibubarkan terus kemudahan untuk mendapatkan kesehatan gimana? Semoga BPJS Kesehatan terus dapat eksis dan pelayanannya semakin baik,” pungkasnya. (ADV)