PANDEGLANG, – Muhamad Januar (5) putera dari Pedri Suhandi dan Siti Yuliana warga Kampung Pamatang, Desa Mekarwangi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang kini bisa tersenyum dan bermain bersama teman sebayanya usai menjalani operasi mulut dan kaki.
Siti Yuliana, ibu Januar saat ditemui di kediamannya mengatakan, bahwa berkat Jaminan Kesehatan Nasonal, Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kini ia melihat puteranya tersenyum dan bermain bersama teman-temannya.
Kepada media, Siti menceritakan bahwa puteranya yang lahir pada 4 Januari 2018 itu terlahir dengan kondisi fisik yang tidak sempurna. Kondisi Januar, kata Siti, mengalami kurangan pada bagian mulut dan kaki.
“Sejak lahir ada kekurang, mulut yang tidak sempurna (sumbing) dan kakinya rapat dengan paha,” ujar Siti yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga itu.
Dengan kondisi yang tidak sempurna itu, Siti membawa puteranya ke Rumah Sakit (RS) Sari Asih Kota Serang pada usia dua tahun untuk dilakukan operasi mulut. Kemudian di tahun ketiga, ia kembali dilakukan operasi pada mulutnya masih di RS Sari Asih Kota Serang.
“Untuk mulut di operasi sebanyak dua kali, pertama di sambung untuk bibir sumbing dan yang kedua menutup langit-langit mulut yang berlubang. Karena untuk operasi mulut tidak bisa sekaligus harus bertahap, untuk lamanya itu selama tiga hari di rawat,” tuturnya.
Kemudian, di awal tahun 2024 ini Siti kembali membawa puteranya ke RSUD Drajat Prawiranegara Serang untuk dilakukan operasi kaki. Namun berdasarkan saran dokter, kaki puteranya itu harus kembali di operasi yang kedua kalinya untuk hasil yang maksimal.
“Ini juga seharusnya di operasi lagi satu kali, kita belum ada rezeki buat ongkosnya. Karena walaupun pengobatan bebas biaya atau gratis tapi untuk biaya operasional ongkos lumayan besar kalo ke serang,” ujar Siti.
Bagi Siti, kesembuhan puteranya adalah hal yang sangat penting. Meskipun suaminya hanya bekerja sebagai buruh serabutan, namun Siti selalu berusaha menyisihkan uang pemberian dari suaminya untuk iuran JKN demi kesembuhan puteranya.
“Karena kita gak dapat BPJS Kesehatan dari pemerintah, maka harus menyisihkan untuk bayar tiap bulannya. Ya gak apa-apa demi anak, paling yang agak berat ya di ongkosnya kalo mau berobat. Kalo biaya berobatnya mah kan gratis,” tuturnya.
Meskipun dikategorikan sebagai masyarakat bawah, namun Siti tercatat sebagai peserta mandiri kelas tiga. Siti mengaku sudah lima tahun memiliki kartu JKN sejak mengandung putera pertamanya itu.
Siti mengaku, meskipun hanya terdaftar sebagai peserta kelas tiga namun Siti tidak merasakan pelayanan berbeda dengan peserta kelas di atasnya atau dengan pasien umum sekalipun. Siti mengaku mendapatkan pelayanan yang baik saat ia menjalani pengobatan puteranya baik di RS Sari Asih maupun di RSUD Drajat Prawiranegara.
Ia juga kembali menegaskan, untuk seluruh biaya operasi dan pengobatan puteranya telah ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Siti mengatakan, tidak mengeluarkan biaya apapun selama menjalani pengobatan puteranya.
“Alhamdulillah untuk biaya semuanya gratis, selain di Rumah Sakit kartu BPJS Kesehatan di pakai untuk berobat di puskesmas untuk berobat penyakit biasa saya atau anak,” ungkapnya.
Berdasarkan pantauan wartawan di kediamannya, meskipun terlahir dengan keterbatasan namun kondisi puteranya sangat aktif dan energik. Siti juga berharap dapat membawa puteranya kembali untuk menjalani operasi sesuai saran dari dokter.
“Pengen bawa berobat lagi (operasi) nanti mungkin kita ngumpulin dulu buat ongkos ke rumah sakitnya, karena harus di Serang, mudahan-mudahan ada rezekinya,” harapnya.
Di akhir pembicaraan, Siti mengucapkan terimakasih kepada BPJS Kesehatan atas program JKN yang telah menjadi wasilah kesembuhan puteranya meskipun belum sepenuhnya. Ia juga berharap, BPJS Kesehatan dapat terus eksis dalam membantu masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan. (ADV)